Jakarta, Sonora.Id - Layanan referensi di perpustakaan hadir untuk membantu pemustaka atau pengguna layanan perpustakaan memenuhi informasi sesuai dengan kebutuhannya.
Pustakawan Amerika Serikat Samuel Greens menyatakan bahwa jiwa dari layanan perpustakaan adalah layanan referensi. Layanan ini tidak membiarkan pemustaka keluar dari perpustakaan dengan tidak terjawab kebutuhan informasinya.
Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara) Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Teguh Purwanto menyampaikan, perwujudan layanan referensi di layanan Perpusnas salah satunya layanan Tanya Pustakawan atau dikenal dengan istilah Ask a Librarian.
"Layanan Tanya Pustakawan merupakan layanan profesional yang disajikan perpustakaan. Layanan ini menjadi tempat masyarakat bertanya, dan mendapat bantuan penelusuran data, informasi dan bahan bacaan, termasuk memberikan pengaajaran penelusuran informasi," tuturnya dalam webinar Peningkatan Kualitas Ask a Librarian sebagai Perwujudan Layanan Referens Virtual yang diselenggarakan secara hybrid, pada Kamis (16/9/2021).
Saat ini, layanan tanya pustakawan telah bertransformasi menjadi layanan tanya pustakawan virtual. Perubahan ini dilakukan agar layanan dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia. "Di balik layanan referensi pastinya ada pustakawan yang memiliki kompetensi mumpuni sehingga mampu menjawab semua pertanyaan dan kebutuhan informasi masyarakat," lanjutnya.
Teguh mengatakan, kompetensi literasi dan komunikasi interpersonal menjadi dasar yang harus dimiliki pustakawan layanan referensi. Meskipun pustakawan tidak mengetahui semuanya, tetapi dapat mencari semuanya.
"Menyatakan kata, tidak ada, menjadi tabu karena pustakawan referensi memiliki jurus memastikan tempat rujukannya memang memiliki informasi yg dibutuhkan," ungkapnya.
Pustakawan referensi Universitas Indonesia (UI) Kalarensi Naibaho menyampaikan, layanan referensi merupakan salah satu layanan yang paling diminati di perpustakaan perguruan tinggi. "Layanan ini menjadi layanan yang paling diminati, karena dapat membantu dalam pemenuhan literatur untuk pembelajaran dan penelitian," ujarnya.
Wanita yang akrab disapa Klara ini menjelaskan, dalam membantu penelusuran literatur, pemustaka dapat mengajukan permohonan melalui email, WhatsApp, dan tautan yang ada di situs web.
"Kami buka setiap Senin dengan kuota 100 permintaan. Pembatasan ini dilakukan agar pustakawan dapat menyelesaikan 100 permohonan dalam seminggu," jelasnya.
Pustakawan referensi, menurut Clara, membutuhkan kompetensi yang beragam sesuai dengan jenis layanan dan kebutuhan pemustaka. Pasalnya, para pustakawan harus mampu melayani pertanyaan dan kebutuhan informasi yang diajukan pemustaka. "Pustakawan referensi haruslah kreatif dengan mengupayakan beragam cara untuk mendapatkan literatur yang diminta. Dan solutif dengan menawarkan literatur lain yang relevan dengan subjek yang diminta," urainya.
Sementara itu, kandidat doktor Universitas Tsukuba Jepang Ari Nugraha menjelaskan, bentuk layanan referensi di Jepang hampir sama dengan yang ada di Indonesia. Bentuk layanan referensi hanya terbatas untuk mahasiswa yang ada di kampus Universitas Tsukuba.
"Mungkin yang membedakan dari sisi sumber daya manusianya, karena rata-rata pustakawan referensi berpendidikan minimal S2 Ilmu Perpustakaan. Selain itu, mereka melayani sangat detail membantu sebisa mungkin sampai mendaoat sumber yang dicari," ungkapnya.
Jika bahan informasi yang dibutuhkan tidak tersedia, pustakawan mengoptimalkan jejaring yang dimiliki untuk meminjam ke perpustakaan lain. "Kerja sama ini sudah berjalan, baik antarperpustakaan dan pustakawan," lanjutnya.
Selama masa pandemi Covid-19, ujar Ari, layanan perpustakaan tidak jauh berbeda dari sebelum pandemi. Hanya saja, jam layanan dibatasi, dan layanan referensi menjadi layanan referensi virtual yang difasilitasi lewat email maupun live chat.
Acara merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca 2021. Pada Hari Kunjung Perpustakaan, Perpusnas menggelar berbagai kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat secara daring.