Palembang, Sonora.ID – Banjir yang terjadi di kota Palembang selalu terjadi ditempat yang sama dan berulang.
Menurut Puspita Indah Sari, Manager Kampanye WALHI Sumsel kepada Sonora (15/09/2021) bahwa hal itu terjadi karena wilayah-wilayahnya kurang resapan air.
“Palembang seharusnya punya 77 kolam retensi, saat ini hanya ada 26 kolam retensi,” ujarnya.
Palembang adalah kota rawa, namun rawa banyak ditimbun untuk membangun perumahan. Pembangunan kota kurang melihat rencana strategis, seharusnya di daerah rawa tidak boleh dilakukan pembangunan disana.
“Ruang terbuka hijau juga tidak standar 30%. Seharusnya 10 ribu ruang terbuka hijau, saat ini hanya 3600 saja. Sangat kurang sekali wilayah resapan,” tukasnya.
Kebijakan pemerintah belum taat undang-undang penataan ruang, peran pemerintah perlu ditingkatkan lagi.
Baca Juga: Wujudkan Palembang Bebas Rabies, PDHI Sumsel Gelar Vaksinasi Rabies
Penggunaan pompa air untuk membuang genangan air hanya bersifat sementara, perlu kesadaraan masyarakat untuk mengantisipasi banjir agar tidak bertambah parah.
“ Masyarakat harus sadar yang wilayahnya rentan banjir. Mereka jangan hanya menunggu kebijakan pemerintah tapi harus aware dengan wilayahnya, memperbaiki saluran yang rentan banjir,” ujarnya.
Dengan asas kekeluargaan dan gotong royong, wilayah yang rentan banjir dibersihkan dan diperbaiki saluran airnya sehingga ketika hujan deras meminimalisir dampak banjir. Pembangunan perumahan jangan hanya membangun saja tapi perlu memikirkan saluran pembuangan airnya.
“Masyarakat bersama-sama memelihara ekologi kota, Palembang adalah wilayah tempat tinggal kita,” tutupnya.
Baca Juga: Tantangan Besar Radio di Tengah-tengah Era Digital