Banjarmasin, Sonora.ID – Dugaan perlakuan ‘catcalling’ atau pelecehan seksual yang bisa terjadi di ruang publik hingga media sosial, dilakukan oleh oknum seorang pegawai bidang kemahasiswaan di Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Banjarmasin kepada salah seorang mahasiswi.
Peristiwa itu terjadi dalam kurun waktu sedari tanggal 11 hingga 13 September 2021 lalu, melalui aplikasi chatting berupa WhatsApp. MRA, selaku korban menceritakan kronologi peristiwa yang dialaminya kepada Smart FM Banjamasin.
Perempuan 21 tahun itu mengungkapkan, bermula tepat di dua bulan yang lalu, saat dia ingin berkonsultasi terkait pengajuan syarat untuk mendapatkan beasiswa. Kebetulan, terduga oknum pegawai yang bersangkutan juga bertugas di bagian urusan beasiswa.
Baca Juga: Transmisi Penularan Menurun, Banjarmasin dan Banjarbaru Masih PPKM Level IV
"Ketika saya chat, tidak direspon oleh yang bersangkutan. Baru ketika di awal September, baru chat saya mendapat tanggapan. Jawaban yang saya dapat, ternyata beasiswa tidak bisa saya dapat karena hanya untuk mahasiswa baru saja," tuturnya.
MRA pun memilih tak lagi merespons. Namun beberapa hari berselang, oknum pegawai itu kembali menghubungi MRA, melalui pesan singkat di aplikasi WhatsApp.
Sejak itu. MRA mengakui berbagai modus mulai dilancarkan oknum. Misalnya, menanyakan identitas MRA, mulai dari program studi di kampus, alamat rumah hingga mengajak jalan.
"Saat ada ajakan jalan, saya jawab bahwa saya sudah bertunangan," ucapnya.
Awalnya, MRA mengaku masih bersedia menjawab satu per satu pertanyaan oknum itu, lantaran pesan yang yang ditulis oknum pegawai masih dalam batas wajar. Bahkan, oknum terduga pelaku sempat memberikan harapan bahwa MRA masih bisa mendapatkan beasiswa.
Namun setelahnya, MRA dijelaskan bahwa tawaran beasiswa dari oknum tak bisa didapat secara gratis atau cuma-cuma. Oknum terduga pelaku justru bertanya apa yang bisa diberikan untuknya, jika dirinya berhasil memberikan beasiswa kepada MRA.
"Lalu saya tanyakan saja maksudnya apa? Karena masih belum paham apa yang dimaksud oknum itu," bebernya.
Singkat cerita. Sang oknum, masih kukuh meminta imbalan. Hingga pada puncaknya, pelaku meminta MRA untuk menciumnya. Namun, hal tersebut tak direspon oleh MRA.
Chatting pun hanya berakhir sampai di situ, tak ada kelanjutannya.
Baca Juga: Fakta Penting yang Perlu Diperhatikan untuk Kenali Pelecehan Seksual
Diakui MRA, peristiwa yang dialaminya itu sebenarnya hanya ingin disimpannya rapat-rapat. Namun di sisi lain, dia khawatir apabila hal serupa juga menimpa mahasiswi lain. Bermodal hal itu, dia pun memilih untuk bercerita.
"Agar si oknum tidak lagi melakukan hal ini kepada orang lain," harapnya.
Di sisi lain. MRA sebenarnya ingin melaporkan kasus yang menimpanya. Namun, dia mengaku bingung melaporkan ke mana. Bahkan, dia juga mengaku ada rasa takut yang menghinggapi dirinya.
Takut peristiwa yang dialaminya tidak dipercaya, bahkan bisa saja disalahkan balik, seperti yang pernah terjadi di luaran.
"Dan yang saya takutkan lagi, apabila alamat lengkap saya ketahuan, lalu saya dicari," tutupnya.
Dikonfirmasi terpisah. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Uniska Banjarmasin, Idzani Muttaqin tampak kaget mendengar adanya informasi tersebut.
Menurutnya, baru kali ini pihaknya menerima informasi adanya dugaan tindakan catcalling di kampusnya. Ia pun mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mendapat laporan dari mahasiswi terkait adanya peristiwa itu.
"Kami perlu memastikannya, apakah oknum yang bersangkutan memang berada di bidang kemahasiswaan," ucapnya, saat dikonfirmasi awak media Senin (21/09).
Hal itu diungkapkannya bukan tanpa alasan, lantaran pernah ada beberapa kali peristiwa penipuan yang mengatasnamakan pihak kemahasiswaan.
Sehingga Ia berpesan kepada mahasiswa maupun mahasiswa, untuk tidak langsung percaya pada informasi manapun yang mengatas namakan pihak kesiswaan. Termasuk, bila mengiming-imingi sesuatu.
Baca Juga: Viral Kisah Pelecehan Seksual di Lingkungan KPI, Komisioner Angkat Bicara
"Setelah kami cek, ternyata orang luar. Menipu, mengatasnamakan pegawai yang mengurus beasiswa juga. Yang bersangkutan mengaku bisa mengupayakan tapi dengan meminta uang," jelasnya.
Lebih lanjut. Menanggapi adanya dugaan catcalling, itu pihaknya mengaku bakal membentuk tim untuk melakukan investigasi, mencari tahu siapa oknum yang dimaksud. Namun, sebelumnya, pihaknya merasa perlu keterangan dari si korban.
"Kalau bisa, kami minta agar si korban melapor. Agar mau memberikan informasi siapa oknum yang dimaksud, misalnya memberikan nomor telepon oknum itu. Datang langsung ke saya atau pak Budi Setiadi selaku Kepala Biro Kemahasiswaan," sarannya.
"Jati diri dan keamanan si korban, pasti kami jamin," janjinya.
Ditanya seberapa lama investigasi bakal berjalan, Idzani menyebut setidaknya membutuhkan waktu selama tiga bulan. Sebagai gambaran, pihaknya bakal bekerja sama dengan tim hukum untuk memverifikasi kabar tersebut.
Dan dengan catatan, korban mau melapor kepada pihaknya.
"Tapi, kalau korban tak melapor, kami akan kesusahan mencari oknumnya. Kalau terbukti ada, kami bersama tim etik akan melakukan pemanggilan bila si oknum memang pegawai Uniska. Disanksi dengan ketentuan yang berlaku," ucapnya.
"Kalau perlu, apabila mencemarkan nama baik, maka tak menutup kemungkinan akan kami laporkan kepolisian," tegasnya.