Dana yang dihimpun dari pembaca harian Kompas ini sebenarnya disalurkan untuk berbagai kelompok masyarakat, namun buruh gendong yang pendapatannya anjlok sangat perlu untuk diberikan perhatian khusus agar dapat sama-sama bertahan di masa pandemi ini.
“Bantuan ini merupakan salah satu wujud kepedulian sesama warga karena bantuan ini dari dana yang dihimpun dari pembaca Kompas. Semoga bantuan ini bisa meringankan beban buruh gendong,” tutur Didiet.
Didiet juga mengatakan, buruh gendong termasuk salah satu kelompok masyarakat yang paling merasakan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19. Sebab, selama pandemi, aktivitas di pasar tradisional menurun sehingga pendapatan mereka juga berkurang dan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga: Donasi Pembaca Kompas untuk Pelaku Seni Purworejo di Tengah Pandemi
Ketua II Yasanti, Sariroh, melihat bahwa pandemi ini berdampak besar secara ekonomi untuk para buruh gendong.
Pendapatan yang normalnya Rp20.000 sampai Rp50.000 kini menurun drastis.
“Selama pandemi, para buruh gendong tetap beraktivitas meskipun pendapatannya sangat menurun. Pas awal pandemi, ada buruh gendong yang hanya bisa dapat Rp 2.000 per hari,” ujarnya.
Sutinah (48), salah seorang buruh gendong di Pasar Beringharjo menuturkan bahwa kini ia hanya dapat memperoleh pendapatan sekitar Rp5.000 per hari.
Baca Juga: Di Sumsel Belum Ada Peternak yang Mengantongi Sertifikat NKV