Banjarbaru, Sonora.ID - Cuaca cukup panas yang terjadi dalam beberapa hari terakhir membuat titik api semakin sering bermunculan di sejumlah daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Berdasarkan pantauan udara yang dilakukan tim Satgas Udara yang dikomandoi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, titik api paling banyak terpantau di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) khususnya di Kecamatan Daha Utara dan Selatan.
Lima helikopter water bombing yang tersedia ternyata cukup kewalahan mengatasinya.
Melihat hal itu, BPBD Kalsel meminta tambahan satu helikopter lagi kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Baca Juga: Kemenkumham Sulsel Rampungkan 85 Persen Vaksinasi Warga Binaan
"Mungkin dalam waktu dekat heli tambahan akan tiba. Sekarang masih proses (pengiriman)," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Kalsel, Abriansyah Alam pada Rabu (29/09).
Dia mengungkapkan, tambahan heli water bombing sangat diperlukan, karena titik api saat ini bisa langsung muncul di beberapa lokasi.
"Kalau ada banyak hotspot muncul secara bersamaan, lima heli yang ada sekarang kewalahan untuk medamkannya," ungkapnya.
Pertanggal 27 September lalu, ia menyebut sudah ada 1.553 hektare hutan dan lahan terbakar yang harus ditangani heli water bombing.
Baca Juga: Gencar Vaksinasi, Bukti Indonesia Layak jadi Tuan Rumah Acara Internasional
"Dari jumlah kawasan yang terbakar itu, lima heli sudah melakukan 2.237 kali bombing dengan 9.147.000 liter air," sebutnya.
Titik api sendiri kata dia, paling banyak ditemukan di HSS, yakni sebanyak 38 hotspot yang terpantau, dengan luas terbakar mencapai 416,7 hektare.
"Terbanyak kedua ada di Banjarbaru, dengan 16 titik dan luas terbakar 430,5 hektare," katanya.
Alam menuturkan, melihat kondisi cuaca saat ini, tim satgas udara semakin intens melakukan patroli.
"Patroli dilakukan pagi dan sore hari. Karena ada kecenderungan, api muncul habis tengah hari," tuturnya.
Selain itu, kata dia, status darurat Karhutla Kalsel juga masih panjang yakni hingga 30 November 2021. Sehingga, satgas masih harus fokus.
"Status darurat baru akan dicabut jika hujan turun secara normal dan tanpa ada anomali cuaca," pungkasnya.
Baca Juga: Gencar Vaksinasi, Bukti Indonesia Layak jadi Tuan Rumah Acara Internasional