Ia sering gagal dalam menghadapi test harian yang ibunya berikan. Bahkan, Jing Mei melakukan kesalahan saat bermain piano di sebuah acara ajang berbakat.
Ibu Jing Mei selalu menujukkan rasa kekecewaannya setiap kali Jing Mei melakukan kegagalan dan kesalahan. Ibunya tidak pernah sama sekali menghargai kerja keras yang Jing Mei sudah lakukan.
Bagi ibunya, hasil adalah segalanya dan proses bukan sesuatu hal yang harus diapresiasi.
Hingga pada akhirnya, Jing Mei selalu meragukan kemampuan dirinya dan berakhir mengalami pertengkaran dengan ibunya.
Hubungan orang tua-anak pun menjadi berantakan hingga Jing Mei akhirnya beranjak dewasa.
Alur cerita dari Two Kinds ini merepresentasikan dampak yang diberikan oleh tiger parenting kepada seorang anak dan hubungannya dengan orang tua.
Baca Juga: Kenali, Apa Itu Tiger Parenting? Metode yang Dewakan Kesuksesan Anak
Tiger parenting pada kenyataannya tidak seefektif yang Amy Chua katakan melalui buku Battle Hymn of The Tiger Mother.
Pola asuh tersebut cenderung membuat anak menjadi merasa tidak berguna dan meragukan kemampuan yang dimilikinya.
Sehingga, hal tersebut menyebabkan sang anak memiliki krisis dalam memandang kualitas dirinya sendiri.
Oleh karena itu, para orang tua lebih baik mencari pola asuh yang tidak menitikberatkan anak kepada hasil semata.
Selalu apresiasi usaha yang sudah anak lakukan agar mereka dapat paham dengan nilai-nilai yang terkandung dalam diri mereka.
Baca Juga: 3 Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Wujudkan Parenting Agility