Sonora.ID – Sudah bukan rahasia lagi jika pola asuh yang dimiliki oleh para orang tua di Asia dikenal cukup ketat dan keras.
Pola asuh ini dikenal sebagai Tiger Parenting yang pertama kali dipopularkan melalui buku berjudul Battle Hymn of The Tiger Mother milik Amy Chua. Buku tersebut terbit tahun 2011 dan itu merupakan awal mula istilah Tiger Parenting menjadi popular.
Meskipun popular, istilah pola asuh tiger parenting tidak begitu dikenal oleh para orang tua di Indonesia.
Lalu, apa itu Tiger Parenting?
Baca Juga: Wajib Tahu! Ini Peran Ayah dalam Parenting ketika MengASIhi Anak
Istilah Tiger Parenting merujuk pada pola asuh orang tua yang sangat ketat dalam mengatur segala aktivitas-aktivitas yang anak-anak lakukan. Pola asuh ketat ini dilakukan agar sang anak dapat menjadi lebih disiplin untuk bisa mengejar mimpi dan pencapain yang sudah orang tua targetkan.
Paradoks dari Tiger Parenting
Tiger parenting memang terdengar sebagai pola asuh yang dapat menjamin kesuksesan seorang anak di masa depan. Namun kenyataannya, terdapat sebuah paradoks di balik pola asuh tersebut.
Melalui bukunya, Amy Chua mengaku bahwa tiger parenting dapat membuat anak-anaknya sukses dalam bidang edukasi dan musik.
Pola asuh yang ketat dapat membuat anaknya menjadi disiplin dalam berkegiatan sehingga menghasilkan sebuah kesuksesan yang dapat diraih oleh sang anak.
Namun, pengakuan Amy ini menjadi sebuah kontra oleh para kritikus buku.
Baca Juga: Anak Terlambat Bicara di Usia 2 Tahun? Orang Tua Wajib Paham Tahap Ini!
Para kritikus tersebut mengatakan bahwa pengakuan milik Amy hanya sebatas dari pengalaman pribadi, bukan dari uji ilmiah yang dilakukan oleh para cendekiawan. Sehingga pengakuan tersebut tidak bersifat ilmiah dan kebenarannya belum teruji.
Hal tersebut kemudian memotivasi Kim Su Yeong, Ph.D, lecturer of University of Texas, melakukan sebuah riset pada 444 keluarga keturunan Asian-Amerika yang tinggal di California Utara.
Riset menujukkan persentase anak yang diasuh dengan pola tiger parenting cenderung memiliki gejala depresi dibandingkan dengan anak yang tidak diasuh oleh pola tersebut.
Ini membuktikan bahwa terdapat paradoks dari pola asuh tiger parenting; anak memang akan menjadi disiplin sehingga berhasil dalam meraih mimpinya, tetapi tidak menutupi fakta bahwa kesehatan mental mereka juga ikut terganggu akibat pola asuh yang terlalu ketat.
Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka Anak, Orang Tua Wajib Hadir di 3 Kondisi Ini!
Representasi Tiger Parenting pada Buku Two Kinds milik Amy Tan
Jika mengacu pada hasil riset yang menujukkan bahwa terdapat paradoks dari pola asuh tiger parenting yang dipopulerkan oleh Amy Chua, maka buku Two Kinds yang ditulis oleh Amy Tan dapat menjadi sebuah jawaban yang memperkuat hasil riset milik Kim Su Yeong, Ph.D.
Two Kinds merupakan buku tentang Jing Mei yang dituntut untuk menjadi seorang prodigy oleh ibunya.
Ibu Jing Mei mengasuh anaknya dengan pola tiger parenting dan memaksakan Jing Mei untuk bisa bermain piano dan pintar dalam pendidikan.
Ibunya juga sering membandingkan Jing Mei dengan anak dari teman-temannya.
Namun, Ibu Jingmei kurang memahami bahwa Jing Mei tidak pernah benar-benar mau untuk menjadi seorang prodigy.
Baca Juga: 3 Hal yang Perlu Orang Tua Ketahui Sebelum Anak Sekolah Tatap Muka
Ia sering gagal dalam menghadapi test harian yang ibunya berikan. Bahkan, Jing Mei melakukan kesalahan saat bermain piano di sebuah acara ajang berbakat.
Ibu Jing Mei selalu menujukkan rasa kekecewaannya setiap kali Jing Mei melakukan kegagalan dan kesalahan. Ibunya tidak pernah sama sekali menghargai kerja keras yang Jing Mei sudah lakukan.
Bagi ibunya, hasil adalah segalanya dan proses bukan sesuatu hal yang harus diapresiasi.
Hingga pada akhirnya, Jing Mei selalu meragukan kemampuan dirinya dan berakhir mengalami pertengkaran dengan ibunya.
Hubungan orang tua-anak pun menjadi berantakan hingga Jing Mei akhirnya beranjak dewasa.
Alur cerita dari Two Kinds ini merepresentasikan dampak yang diberikan oleh tiger parenting kepada seorang anak dan hubungannya dengan orang tua.
Baca Juga: Kenali, Apa Itu Tiger Parenting? Metode yang Dewakan Kesuksesan Anak
Tiger parenting pada kenyataannya tidak seefektif yang Amy Chua katakan melalui buku Battle Hymn of The Tiger Mother.
Pola asuh tersebut cenderung membuat anak menjadi merasa tidak berguna dan meragukan kemampuan yang dimilikinya.
Sehingga, hal tersebut menyebabkan sang anak memiliki krisis dalam memandang kualitas dirinya sendiri.
Oleh karena itu, para orang tua lebih baik mencari pola asuh yang tidak menitikberatkan anak kepada hasil semata.
Selalu apresiasi usaha yang sudah anak lakukan agar mereka dapat paham dengan nilai-nilai yang terkandung dalam diri mereka.
Baca Juga: 3 Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Wujudkan Parenting Agility