“Deflasi September 2021 terutama didorong oleh deflasi dikomponen harga bergejolak dimana andilnya 0,15 persen,” jelas Kepala BPS.
Sementara itu, komponen inti dan harga diatur pemerintah (administered price) mengalami inflasi masing-masing 0,13 persen dan 0,14 persen.
Dalam kesempatan tersebut, Margo menjelaskan dari 90 kota IHK yang dipantau BPS, terdapat 56 kota yang mengalami deflasi dan 34 kota mengalami inflasi.
Deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 0,90 persen dengan IHK sebesar 105,94. Komoditas yang menjadi penyumbang terbesar dari deflasi yang terjadi di gorontalo adalah penurunan harga cabai rawit, ikan tuna, dan ikan layang.
Baca Juga: BPS Catat Nilai Ekspor Indonesia Bulan Agustus 2021 Mencapai 21,42 Miliar Dolar AS
“Penyebab di Gorontalo penyumbang utamanya adalah berasal dari komoditas cabai rawit yang memiliki andil 0,47 persen, ikan tuna 0,13 persen, dan ikan layang andilnya 0,11,” sebutnya.
Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang yakni sebesar 0,60 persen dengan IHK sebesar 104,98. Adapun komoditas yang menyumbang inflasi di pangkal pinang adalah daging ayam ras, ikan selar dan bayam.
“Komoditas penyumbang inflasi di Pangkal Pinang itu berasal dari daging ayam ras andilnya 0,26, ikan selar 0,18 persen dan bayam 0,08 persen,” lanjutnya.
Margo menyebutkan deflasi pada bulan September ini merupakan deflasi ke dua di tahun 2021, setelah sebelumnya pada bulan Juni yang lalu IHK juga mengalami deflasi sebesar 0,16 persen.
Baca Juga: Kemenkeu: Surplus Neraca Perdagangan Agustus Tertinggi Sejak 2006