Makassar, Sonora.ID - Bank Indonesia mengungkap penyebab Sulawesi Selatan mengalami deflasi sebesar 0,14 persen pada September 2021.
Dipengaruhi oleh turunnya beberapa harga komoditas di kelompok pangan makanan, minuman dan tembakau. Diantaranya cabai rawit, telur ayam ras, bawang merah dan daging ayam ras.
Kepala kantor perwakilan (Kpw) BI Sulsel, Fadjar Majardi mengatakan kelompok itu mengalami deflasi sebesar 0,64 persen.
"Pada bulan September 2021, Sulsel kembali mengalami deflasi sebesar 0,14 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,31 persen," ujarnya dalam keterangan yang diterima, Senin (4/10/2021).
Baca Juga: Harga Cabai Turun, Picu Sulsel Deflasi 0,14 persen Pada September 2021
Dengan perkembangan itu, inflasi Sulsel secara keseluruhan baik tahunan maupun tahun kalender tercatat sebesar 1,62 persen (yoy) dan 1,05 persen (ytd), berada dibawah sasaran inflasi nasional pada tahun 2021 yang sebesar 3,0±1 persen.
Penurunan harga sejumlah komoditas seirinh pasokan masih melimpah pasca panen, khususnya untuk telur ayam ras.
Lebih lanjut, Fadjar menambahkan pasokan dan distribusi komoditas bahan makanan juga terpantau lancar di tengah situasi PPKM.
Sementara itu, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi yang terjadi, terutama pada kelompok pengeluaran kesehatan; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, pendidikan, serta pakaian dan alas kaki.
Baca Juga: BPS Catat Terjadi Deflasi 0,04 Persen pada September 2021
"Kenaikan harga pada kelompok kesehatan dipengaruhi oleh naiknya harga vitamin dan beberapa jenis obat-obatan," tambahnya.
Selanjutnya kenaikan pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga terutama dipengaruhi oleh naiknya harga sewa dan kontrak rumah.
Adapun kenaikan harga pada kelompok pendidikan terutama dipengaruhi naiknya biaya akademi dan perguruan tinggi.
Inflasi tahun 2021 diprakirakan tetap terkendali dan berada dibawah sasaran.
Baca Juga: Pasokan Ayam Potong Stabil, Balikpapan Alami Deflasi 0,14 Persen
BI tetap berupaya mengantisipasi potensi kenaikan tekanan inflasi pada sisa tahun 2021.
Bersama dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait lainnya, yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Koordinasi terus dilakukan dan merumuskan strategi pengendalian inflasi. Beberapa strategi utama meliputi koordinasi kelancaran produksi dan distribusi komoditas di tengah pemberlakuan PPKM.
"Optimalisasi pemantauan harga secara langsung di lapangan maupun melalui PIHPS," tutupnya.
Baca Juga: Harga Cabai Turun, Picu Deflasi di Sulsel pada Agustus 2021