Sonora.ID - Investasi selalu menjadi pilihan terbaik bagi sebagian besar orang untuk bisa mendapatkan passive income yang berguna bagi masa depan.
Investasi ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang atau pendek.
Jangka waktu ini merupakan salah satu hal penting untuk diperhatikan oleh para investor ketika berinvestasi selain dari risk profile.
Meskipun berbeda, tetapi ada 3 hal yang tetap harus dipelajari ketika ingin melakukan investasi jangka panjang atau pendek.
Hal-hal tersebut diungkapkan oleh Ryan Filbert, Inspirator Investasi, yang hadir pada program Smart Market Insight di YouTube Smart FM.
1. Selaraskan dengan Perencanaan Keuangan
Mengetahui perencanaan keuangan merupakan salah satu hal paling esensial untuk dilakukan ketikan ingin melakukan investasi.
Berdasarkan perkataan Ryan, investor yang tidak mengetahui perencanaan keuangan untuk masa depan hanya akan mengalami kebingungan selama berinvestasi.
Tanpa adanya perencanaan keuangan ini, investor akan bingung untuk memulai investasi jangka panjang atau pendek dengan nominal awal berapa.
Bisa jadi, investor malah mengeluarkan modal sedikit untuk investasi jangka panjang yang berujung tidak menguntungkan sama sekali di masa depan.
Hasil yang tidak memenuhi ekspetasi ini hanya akan menimbulkan rasa kecewa dan kesal.
Baca Juga: Luhut: Pemerintah akan Menerapkan Uji Coba PPKM level 1 di Blitar
2. Tidak Memiliki Strategi Investasi
Meskipun investasi jangka panjang atau pendek dinilai tidak dapat diprediksi, tetapi hal tersebut tidak menutupi fakta bahwa investor tetap harus memiliki strategi selama berinvestasi.
Ryan mengatakan target investasi memang tidak akan selalu tercapai, namun dengan adanya strategi investasi, investor dapat membuat target tersebut menjadi pasti.
Baca Juga: Jangan Takut Berinvestasi, Ini Tips Sukses Berinvestasi di Masa Pandemi Covid-19
3. Tidak Memahami Risk Profile
Risk profile merupakan salah satu aspek penting yang harus dipahami oleh para investor selama berinvestasi.
Melalui risk profile, investor dapat mengetahui cara kerja mereka ketika menghadapi suatu permasalahan yang ada. Cara kerja tersebut terdiri dari konservatif (cari aman), moderat, atau agresif (berani ambil risiko).
Dengan mengetahui risk profile tersebut, maka investor dapat menentukan instrumen invetasi yang baik bagi diri mereka dan membawa kenyamanan selama berinvestasi.
Jika memiliki tipe risk profile yang konservatif, investasi emas atau obligasi pemerintah dapat menjadi pilihan karena dinilai minim risiko.
Berbeda dengan konservatif, investor dengan risk profile agresif dapat mengambil instrumen reksadana campuran atau saham untuk investasi baik jangka panjang atau pun pendek.
Baca Juga: Waspada Investasi dan Pinjol Ilegal, Kerugian hingga Rp 117,4 M