Bursa efek yang tidak menentu dapat membuat investor salah dalam memperhitungkan kemungkinan dari instrumen yang mereka miliki saat berinvestasi dengan lump sum strategy.
Kerugian ini tentu akan menjadi beban berat karena modal yang dikeluarkan sudah sangat besar, sehingga terdapat kemungkinan bahwa investor tersebut tidak dapat lagi melakukan investasi.
Meskipun begitu, lump sum strategy memiliki return yang cukup tinggi jika dilakukan secara tepat oleh para investor. Menurut Ryan, strategi ini menghasilkan best price yang sesuai dalam jangka waktu 15-20 tahun.
Baca Juga: Strategi Investasi di Dunia Cuma Ada 4! Catat Penjelasan dari Pakar
Berlawanan dengan lump sum strategy, dollar cost averaging (DCA) ini dapat memberikan risiko yang lebih kecil terhadap para investor.
Investor dengan strategi dollar cost averaging tidak membutuhkan analisa pasar yang belibet untuk bisa diimplementasikan saat berinvestasi.
Selain itu, dollar cost averaging ini dapat dilakukan secara berkala dan cocok bagi para investor dengan penghasilan yang tidak tetap.
Hasil yang diberikan oleh dollar cost averaging juga dinilai lebih efektif jika dilakukan saat timing yang tepat. Timing ketika harga reksadana atau saham sedang turun dapat memberikan kesempatan para investor untuk membeli instrumen-instrumen tersebut dengan harga murah.
Baca Juga: Tujuan Beirnvestasi Jangka Pendek dan Panjang: Jangan Sampai Kecewa!
Tetapi, hasil ...