Indramayu, Sonora.ID - Anggota Komisi VI DPR RI, Herman Khaeron mengaku prihatin dengan terjadinya bentrok antar petani yang menewaskan dua orang di wilayah HGU PT. RNI (persero) Kabupaten Indramayu, pada Senin, (4/10) lalu.
"Saya juga turut berbela sungkawa atas korban jiwa petani meninggal 2 orang. mari kita dudukan sengketa lahan ini dengan musyawarah dan mengedepankan kebersamaan," ucapnya, Rabu (6/10/2021).
Menurutnya, konflik di kawasan HGU PT. RNI (persero) ini telah berlangsung lama. pihaknya juga mengaku beberapa kali memfasilitasi pertemuan dengan Kementerian kehutanan selaku pemilik lahan, dan PT RNI (Persero) sebagai pemilik HGU kebun tebu.
Baca Juga: Buntut Bentorkan 2 Suku Yahukimo, Polisi Tangkap 52 Pelaku Kerusuhan
"Namun sayangnya tidak pernah selesai. Direksi RNI tidak pernah mendudukan persoalan ini dengan baik, bahkan selalu dengan cara-cara pendekatan aparat," ujarnya.
Ia meyakini, jika RNI serius menangani konflik pertanahan ini maka dapat selesai secara baik sehingga bisa membangun sinergi yang saling menguntungkan antara BUMN dan warga sekitar.
"Nasi sudah jadi bubur, saat ini telah menelan korban jiwa. jika tidak diselesaikan secara komprehensif akan terus terjadi konflik yang berkepanjangan, dan merugikan harmonisasi antar warga," katanya.
Pihaknya pun berharap polisi dapat menegakan hukum seadil-adilnya untuk memproses yang menyebabkan terjadinya 2 petani tebu meninggal dunia.
"Aparat kepolisian tidak perlu represif, tegakan saja hukum seadil-adilnya dan membebaskan warga yang tidak bersalah," jelasnya.
Seperti diketahui seorang pimpinan FKamis dan juga anggota DPRD Indramayu dari demokrat, Taryadi diamankan polisi dalam insiden tersebut.
"Saya yakin, dia tidak terlibat bentrokan, dan saya tahu sejak menjabat kepala desa dulu dia aktif membela warga," tuturnya.
Baca Juga: Konflik Baliho Bando A. Yani, APPSI Berharap Pemko Berubah Pikiran
Ia menambahkan, Beberapa kali memfasilitasi pertemuan dengan para pejabat negara terkait dengan kawasan hutan di selatan indramayu bahkan taryadi selalu menyampaikan bahwa sejarahnya kawasan itu adalah hutan.
"Warga ingin mengembalikanya sebagai penyangga kehidupan masyarakat, karena kehadiran RNI di kawasan itu tidak kunjung memberi kesejahteraan bagi warga sekitar HGU," tandasnya.