“Di Indonesia sendiri ada 4.000 subjek yang dilakukan di Bandung dengan FK UI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM Jakarta, dan uji klinik fase 3 dilaksanakan di berbagai senter,” kata Penny.
Dari aspek keamanaan, berdasarkan hasil uji klinis fase satu, dua dan tiga, efek samping yang ditimbulkan dari vaksin ini secara umum masih dapat ditoleransi, yakni seperti nyeri pada tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, dan demam.
“Berdasarkan fase uji klinik 1,2 dan 3 secara umum pemberian vaksin dapat ditoleransi. Efek samping yang paling sering terjadi pada kelompok vaksin adalah nyeri pada tempat suntikan dan efeknya sistemik yang paling sering adalah sakit kepala, kelelahan, demam. Saya kira itu adalah yang biasa terjadi dengan tingkat keparahan grade 1 dan 2,” lanjutnya.
Adapun vaksin Zifivax ini diberikan sebanyak 3 kali suntikan atau 3 dosis, dengan interval atau jarak pemberian selama 1 bulan dengan dosis 0,5 ml.
“Vaksin ini dapat disimpan pada kondisi suhu 2 sampai 8 derajat celcius, jadi saya kira ini dalam rentang yang cocok untuk negara tropis seperti Indonesia,” sebutnya.
Baca Juga: Waspada Euphoria, Pemkot Surabaya Kembali Turunkan Tim Swab dan Vaksin Hunter