Bupati Blora Ajak Pejabat Gunakan Medsos sebagai Sarana Komunikasi Masyarakat

12 Oktober 2021 14:25 WIB
Arief Rohman saat berbincang dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho dalam BEGINU S2 E10: Arief Rohman, Jejak Pramoedya dan Diaspora Membangun Blora.
Arief Rohman saat berbincang dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho dalam BEGINU S2 E10: Arief Rohman, Jejak Pramoedya dan Diaspora Membangun Blora. ( BEGINU by Kompas.com)

Sonora.ID - Menjadi pemimpin daerah dengan penduduk berjumlah ratusan ribu bahkan jutaan adalah sebuah tantangan yang besar.

Selain mengandalkan mata untuk melihat permasalahan di wilayahnya, pemimpin juga dituntut untuk selalu mendengar keluh kesah masyarakat yang luput dari pandangannya.

Kerap kita temukan, pemimpin dengan jabatan tertinggi di suatu wilayah selalu menjadi sorotan utama ketika sebuah permasalahan menyeruak.

Sedangkan, perangkat-perangkat di bawahnya yang turut bertanggung jawab tidak mendapatkan perlakuan serupa.

Fenomena tersebut terasa nyata bagi Arief Rohman, pria kelahiran 8 Maret 1980 yang saat ini menjabat sebagai Bupati Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.

“Selama ini, orang ini urusan a sampai z, bupati semua. Jadi istilahnya, urusan orang melahirkan sampai meninggal ini pasti ke bupati,” ucapnya saat diwawancarai oleh Wisnu Nugroho, jurnalis sekaligus pemimpin redaksi Kompas.com dalam siniar (podcast) BEGINU.

Ia menggambarkan betapa masyarakat selalu melarikan aduan kepada bupati berdasarkan pengalaman selama menjadi wakil bupati di periode sebelumnya.

Adapun aduan tersebut sangat beragam, mulai dari yang personal seperti pembayaran rumah sakit, kebutuhan sekolah, hingga permasalahan besar seperti kerusakan jalan.

Berangkat dari sana, bupati yang pernah mengenyam pendidikan magister di Universitas Indonesia ini menginisiasi sebuah cara agar masyarakat memiliki pemahaman terkait perangkat-perangkat penanggung jawab dalam sebuah pemerintahan.

Baca Juga: Pandemi membaik, Ganjar Optimis Borobudur Marathon 2021 Dapat Diselenggarakan

Arief meminta para kepala dinas, camat, bahkan lurah serta kepala desa untuk membuka diri beserta segala aktivitasnya ke media sosial.

Harapannya, masyarakat mulai mengenal tugas dan fungsi dari perangkat-perangkat pemerintahan selain bupati dan wakil bupati.

“Karena secara teknis kan tidak mungkin bupati ini bisa handle semua. Kita buka keterbukaan informasi bahwa ASN, birokrasi, sebagai pelayan masyarakat. Kita harus melayani rakyat, melayani masyarakat. Rakyat dan masyarakat harus ditemani dengan segala persoalannya,” ucap Arief.

Upaya Arief dalam membuat para pejabat terampil mengelola media sosial tentu memiliki tantangan tersendiri. Menurut tuturnya, tidak semua pejabat terbiasa mengoperasikan media sosial.

Untuk mendorong para pemimpin tersebut, Arief mencoba mengubah paradigma mereka soal memimpin. Ia membangun kesadaran bahwa para pejabat adalah orang-orang terpilih untuk menjalankan amanah dalam melayani rakyat.

“Kita ini manusia terpilih, lah. Jadi, satu Kabupaten Blora, sembilan ratus ribu orang ini yang berkesempatan menjadi kepala dinas berapa orang, sih? Menjadi camat berapa orang, sih? Menjadi bupati hanya satu orang, wakil bupati hanya satu orang,” katanya.

Melalui akun-akun media sosial tersebut, Arief berharap para pejabat dapat berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat, mulai dari menerima aduan hingga menjelaskan tahapan-tahapan yang dapat diambil untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Baca Juga: Kerja Sama Dengan SOLOPEDULI, KPP Pratama Boyolali Donasikan Infak Pegawai Untuk Program Sumur Dalam

Masyarakat perlu diberi pemahaman, bahwa setiap urusan tidak semerta-merta menjadi kewenangan kabupaten, melainkan dari unit-unit lainnya seperti desa, provinsi, bahkan negara.

“Yang penting masyarakat itu ditanggapi. Walaupun tidak bisa diselesaikan hari ini, saat itu juga, yang penting ‘oh ini…’, dijelaskan, “oh ternyata persoalannya ini’. Ketika persoalan jalan rusak, kan tidak semuanya itu beban kabupaten. Ada itu jalan nasional, ada jalan provinsi, ada jalan desa. Ya, yang penting mereka diterangkan,” tutur Arief.

Berkat upaya menggerakkan pejabat dalam memanfaatkan media sosial ini, Arief mengaku merasakan manfaatnya.

“Ya, beban selama ini tertuju ke bupati agak berkurang,” katanya. Ia merasa dapat lebih fokus pada hal-hal strategis yang memang merupakan tanggung jawabnya sebagai bupati.

Cerita ini dikutip dari episode ke-11 podcast BEGINU season dua yang bertajuk Arief Rohman, Jejak Pramoedya dan Diaspora Membangun Blora.

Selengkapnya, Arief Rohman dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho berbicara soal para diaspora Blora yang dipanggil untuk pulang menengok kampung halaman untuk membangun Blora, Pramoedya Ananta Toer, hingga kekayaan kesusasteraan yang berpijak pada Blora.

Dengarkan BEGINU di Spotify dengan mengklik ikon di bawah atau mengunjungi https://bit.ly/beginupodcast.

 Penulis: Intania Ayumirza

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm