Palembang, Sonora.ID – Setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa. Bagaimana kondisi kesehatan mental masyarakat saat ini, ditengah pandemi? dr. Diyaz Syauki Ikhsan, Sp. KJ dari RSUD Siti Fatimah kepada Sonora (12/10/2021) menjelaskan.

“Masyarakat ada yang cemas, gelisah, ada yang panik. Terjadi perubahan pola kepribadian masyarakat,” ujarnya.

Cara untuk bahagia atau nyaman secara umum baik saat beraktifitas sendiri maupun bersama orang lain berkumpul dengan keluarga terlebih dahulu mengingat berkumpul ramai-ramai belum dianjurkan. 

Bagi anak-anak, orang tua yang paling mengenal anaknya, apa yang membuat mereka senang atau sedih. Orang tua bisa mencari strategi agar anak-anaknya lebih bahagia.

“Ada yang senang diajak bercerita, ada yang senang diajak bermain, nonton, memasak. Dilihat kembali aktifitas yang menyenangkan bagi anak-anak. Tantangannya adalah gadget, bila sudah terlalu melekat jadi tantangan baru,” tukasnya.

Tanda-tanda gangguan mental luas, tetapi yang sering muncul adalah hilangnya konsentrasi, hilangnya kenikmatan hidup, perasaan gelisah, sedih, perubahan pola makan dan tidur.

Baca Juga: PPBI Adakan Pameran dan Kontes Bonsai Skala Nasional

Setiap orang memiliki kapasitas untuk membuat nyaman diri sendiri dengan cara antara lain melakukan hobi, berkumpul dengan orang yang disayangi.

Akan tetapi ada yang tidak memiliki sumber daya tersebut maka butuh tantangan ekstra.

Kondisi kegawatdaruratan ketika adanya tindakan mengancam diri sendiri dan orang lain.

Bila ada perubahan prilaku yang bermakna pada anggota keluarga sebaiknya digali, bila memerlukan pendapat, dapat menghubungi ahlinya.

“Secara teori upaya mengatasi kegelisahan diri  adalah social, berkumpul dengan orang-orang terdekat dan agama. Masing-masing agama memiliki upaya-upaya tersendiri untuk membuat umatnya tenang,” tutupnya.

Baca Juga: Pengamat Dorong Pemerintah Segera Maksimalkan Digitalisasi di Sektor Pendidikan