Sonora.ID - Seiring dengan terus berkurangnya kasus positif Covid-19 di Indonesia, PPKM di Jawa-Bali pun terus mengalami penurunan level dan berbagai pelonggaran dilakukan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pariwisata.
Tidak bisa dipungkiri bahwa memang beberapa kota atau wilayah di Indonesia bisa hidup dari sektor pariwisatanya, sehingga pembukaan sektor ini menjadi salah satu upaya untuk memulihkan perekonomian di Indonesia.
Meski demikian, hal ini juga harus berjalan beriringan dengan disiplin protokol kesehatan, seperti yang disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf, Henky Manurung yang menyatakan sudah melakukan simulasi kedatangan pesawat, penerimaan di bandara, proses karantina, dan prosedur lain.
Baca Juga: Kunjungan Kerja di Bali, Wali Kota Makassar Diskusi Soal Pemulihan Ekonomi
Dalam Dialog Produktif Forum Merdeka Barat 9, KPCPEN, Rabu, 13 Oktober 2021 kemarin, tingkat vaksinasi di Bali, sebagai salah satu destinasi di Indonesia, sudah mencapai 99 persen untuk dosis pertama dan 90 persen untuk dosis kedua.
Hal itu melengkapi standarisasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) di Bali dengan memadukan new normal dan aturan hidup di tengah Covid-19.
“Bekerja di tempat yang sehat, dikunjungi orang-orang yang sehat, berwisata di tempat-tempat yang sehat. Ini adalah narasi baru pola kehidupan ke depannya,” tutur Henky.
Ia juga menekankan, meski semua pihak bahagia pariwisata Bali kembali dibuka, keselamatan tetap harus diutamakan dengan prokes sebagai kata kuncinya.
Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir Maksimalkan Mendukung Kebangkitan Pariwisata Bali
Kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace mengakui bahwa pariwisata adalah lokomotif perekonomian Bali, sehingga pembukaan Bali menjadi perhatian banyak pihak dan persiapan dilakukan dengan seksama.
Ia menyebutkan, terdapat 35 hotel karantina telah siap, ditambah 55 hotel lain yang mengajukan diri. Hotel karantina diharuskan memiliki sertifikat CHSE, memiliki akses terpisah antara tamu reguler dan tamu karantina, serta memiliki kerja sama dengan rumah sakit terdekat.
Melalui PeduliLindungi, kata Cok Ace, pengunjung juga dapat melihat di mana zona yang aman dan yang membutuhkan kehati-hatian, sehingga hal ini memudahkan wisatawan. Di sisi lain, sertifikasi CHSE dilakukan oleh pemerintah pusat dengan standar ketat, dilengkapi konsistensi yang baik oleh pelaksana di lapangan.
“Selain itu yang penting adalah terus membangun kesadaran masyarakat. Bila setiap pribadi sadar, pasti akan meningkatkan upaya proteksi kesehatan,” tegasnya.
Dalam upaya perlindungan kesehatan serta kemungkinan berhadapan dengan varian virus baru, dokter sekaligus influencer dan traveller Ratih C. Sari menegaskan Prokes tetap menjadi hal utama.
“Prokes terbukti efektif menekan risiko penularan, apa pun variannya. Jadi jangan sampai ancaman virus baru ini menimbulkan ketakutan melakukan kegiatan dan perjalanan. Yang penting kita berhati-hati dan terus meng-update diri dengan berita-berita terbaru,” tuturnya.
“Saya melihat sendiri kesiapan Bali menyambut wisatawan, terdapat Prokes ketat termasuk di restoran-restoran. Saya percaya dan optimis, ini bisa jadi kebangkitan di Bali,” tandas Ratih. (*Adv)
Baca Juga: Jika Pembukaan Pariwisata Bali Bagi Wisman Kembali Diundur, Maka Bali Akan Sulit Bangkit