Pontianak, Sonora.ID - Tenda berwarna hijau sederhana ini digunakan para siswa smp negeri 4 ketungau hulu, kabupaten sintang, kalimantan barat sebagai peneduh dalam melaksakan asesmen nasional berbasis komputer atau anbk beberapa waktu lalu.
ANBK terpaksa dilaksanakan diatas bukit karena kendala jaringan. ANBK merupakan pengganti sistem Ujian Nasional (UN) di tingkat satuan pendidikan yang kini telah resmi ditiadakan. ANBK menuntut sekolah menyiapkan perangkat komputer secara online.
Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tingkat SMP mulai digelar serentak pada 4 Oktober 2021 lalu.
Namun dalam pelaksanaannya, ANBK menghadapi berbagai masalah terutama ketersediaan jaringan internet di daerah pelosok. Siswa dan guru bahkan harus mendaki bukit untuk mendapatkan sinyal internet.
Sekretaris Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kalbar, Suherdiyanto mengatakan, pada prinsipnya PGRI mendukung penuh kebijakan yang dilakukan Pemprov Kalbar melalui Dinas Pendidikan (Disdik) dalam pelaksanaan ANBK sebagai alternatif untuk peserta didik. Akan tetapi dia mengingatkan agar sebaiknya pelaksanaan dari kebijakan tersebut dipersiapkan dengan baik.
“Seperti fasilitas internet dan laptop, serta kesiapan anggaran menjadi penentu keberhasilan dilakukannya ANBK,” ucap Suherdiyanto, Selasa (12/10/2021).
Para orangtua siswa dan guru terpaksa membangun tenda diatas bukit untuk memanfaatkan jaringan dari negara tetanggamalaysia. Para orangtua dan siswa harus menempuh jalan ektrem mendaki bukit empaung dengan jarak tempuh 13 kilometer dari desa nanga bayan.
Baca Juga: 500 Dosis Vaksin Diberikan Kepada Petugas Dan Warga Binaan Lapas Sintang
Satu hari sebelum pelaksanaan ANBK para orangtua siswa bergotong royong membangun tenda dan mengangkut peralatan ujian, sementara sebanyak 45 siswa dan guru menyusul satu hari kemudian.
Bahkan mereka terpaksa menginap diatas bukit selama tiga hari dua malam pada 04 hingga 05 oktober lalu untuk melaksanakan ANBK.
Mereka berharap pemerintah pusat bisa memperhatikan sarana dan prasarana di wilayah terpencil dan perbatasan Terutama terkait akses jalan dan jaringan internet, mengingat saat ini sekolah lebih banyak dilakukan secara daring.
Pelaksanaan ANBK tingkat SMP digelar serentak pada 4 Oktober lalu mengisahkan berbagai cerita, terutama bagi sekolah yang jauh dari perkotaan.
Mereka harus menghadapi persoalan mulai dari terbatasnya jaringan internet hingga ketersediaan listrik yang jauh dari kata memadai.
Hal ini pula yang dirasakan oleh siswa dan guru di SMP Negeri 07 Satap Menukung. Sekolah yang berada di Desa Landau Mumbung, Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, harus berjuang keras agar bisa mengikuti ANBK.
Demi sinyal internet stabil, siswa dan guru harus berjalan kaki ke atas bukit, bahkan mengerjakan soal ANBK dengan kondisi lapar dan gigitan nyamuk hingga malam.
Baca Juga: Sidiq Handanu Sebut, Kota Pontianak Harusnya Berlakukan PPKM Level Dua
Guru sekaligus proktor, Darceni mengungkapkan, awalnya pihak sekolah sudah mempersiapkan ANBK di sekolah.
Namun jaringan internet tidak memadai, hanya satu bar, bahkan sering mengalami gangguan meski sudah menggunakan wireless router. Hingga pelaksanaan ANBK dipindah ke rumah salah satu orang tua siswa di Kecamatan Menukung.
“Namun karena terkendala banjir, maka guru-guru memutuskan untuk melaksanakan ANBK di bukit atau hutan yang berada di perkampungan tersebut. Ada tiga orang guru dan 13 siswa kelas VIII yang mengikuti ANBK yang terbagi dalam dua sesi," Ungkapnya belum lama ini.
“Untuk mendapat jaringan yang bagus (4G) di sebuah bukit, pihaknya mendirikan tenda dibantu orang tua siswa dan murid. Untuk mencapai lokasi, guru-guru dan murid-murid harus berjalan kaki 40 menit mendaki bukit untuk melaksanakan ANBK sambil membawa laptop, alas duduk seadanya dan bekal masing-masing," Imbuhnya.
Namun, dalam pelaksanaan, Darceni mengatakan, banyak gangguan yang harus mereka rasakan. Mulai dari sinyal tidak stabil, laptop server lowbatt, harus digigit nyamuk, serangga, menahan lapar dan kehujanan.
"Bahkan saya harus bawa anak saya yang masih usia 2,6 tahun di hutan karena tidak ada yang jaga di rumah dinas guru, karena saya dan istri sama-sama menjadi proktor dan pengawas," Ujaranya.
Gangguan ANBK, seperti yang digambarkan Darceni, memang sudah terasa sejak gladi resik. Siswa awalnya akan mengikuti ANBK di rumah dinas, namun gagal karena kendala sinyal. Hingga kemudian diputuskan bersama orang tua untuk membangun tenda di hutan agar bisa melaksanakan ANBK.
Baca Juga: Pengukuhan Pengurus PAC Yakorma Se-kota Pontianak
"Proses pelaksanaan ANBK hari pertama gagal total dan sesi pertama baru berhasil selesai hingga pukul 18.30 WIB. Untuk ANBK di hari ke-2, sesi 1 dan sesi 2 berhasil diselesaikan pada pukul 14.00 dalam kondisi hujan lebat," jelasnya.
Siswa dan guru SMPN 07 Menukung, kata Darceni, harus berjalan kaki dan membawa alas duduk seadanya. Meskipun kegiatan ini baru pertama kali dilaksanakan, tapi sekolah akhirnya sukses mengikutinya. Walaupun harus melewati banyak tantangan, tetapi tidak mengurangi semangat dalam belajar dan selalu dilakukan dengan sukacita.
"Nilai perjuangan kami sangat mahal dari apa pun. Dari kisah ini, kami harapkan menjadi motivasi dan inspirasi bagi para guru dan murid-murid yang mempunyai fasilitas dan tempat yang memadai seperti di kota, agar lebih maksimal dan lebih baik," tuturnya.
Darceni juga menyampaikan aspirasi kepada pemerintah dan pejabat pemangku kepentingan agar dalam setiap kebijakan baru harus mempertimbangkan kondisi dan fasilitas sekolah di daerah terpencil.
Pelaksanaannya pun jangan disamaratakan waktu atau harinya karena server maupun jaringan di daerah pedalaman masih jauh dari standar kelayakan.
"Selain itu, kami mohon perhatian untuk membantu fasilitas, dalam hal ini penguat jaringan dan kuota internet," Harapnya.
Baca Juga: Serbuan Vaksinasi Covid-19 Bersama Yakorma Kota Pontianak