"Mereka tertimpa bongkahan tembok, namun masih bernapas. Sehingga kita secepatnya melakukan evakuasi, dan melarikan ke rumah sakit," jelasnya.
Sementara korban yang meninggal berada di satu ruang. Kata Wayan Asli, Kadek Antari diduga terkena bongkahan batu, dan tertimbun longsor. "Posisinya dia dipeluk oleh bibinya. Namun saat dievakuasi, keduanya sudah tidak bernafas," ucap dia.
Gempa yang memicu longsor di Banjar Cemara Landung, Desa Terunyan menyebabkan sejumlah kerusakan. Tak hanya rumah warga, longsor juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur jalan.
Total ada sembilan warga yang diterima pihak RSU, diantaranya tujuh korban selamat dan dua korban meninggal dunia.
"Sembilan warga yang dirujuk ke RSU Bangli enam diantaranya berasal dari Desa Terunyan. Satu orang asal Banjar Beluhu, Desa Suter, dan dua orang asal Banjar Pulesari, Desa Peninjoan, Tembuku," kata Wadir Pelayanan RSU Bangli, dr I Made Naris Pujawan.
Baca Juga: Total RP 1,5 Miliar, Gubernur Koster Serahkan Beasiwa untuk 1.501 Siswa Berprestasi
Dari seluruh korban tersebut, hingga kini hanya Ni Made Mudawati (50), Putu Novita Sari (18), dan Ni Wayan Sunadi (71) yang masih berada di RSU Bangli. Mudawati mengalami patah tulang serta mengalami trauma. Sedangkan Putu Novita Sari mengalami luka lecet dan luka terbuka.
"Untuk ibu yang berusia 71 tahun, mengalami luka terbuka pada kelopak mata. Sudah dilakukan tindakan operasi. Sementara korban lainnya sudah menjalani observasi dan sudah diizinkan pulang," ucapnya.
Di Kabupaten Karangasem, gempa merenggut nyawa Ni Luh Mariani (5) asal Banjar Dinas Jatituhu, Desa Ban, Kecamatn Kubu, Kabupaten Karangasem. Anak pasangan I Nengah Puja dan Nengah Nuansa meninggal setelah dada dan kepalanya tertimpa reruntuhan material bangunan berbahan batako.
Saat kejadian, cuaca di sekitar masih gelap, dingin, dan sunyi, serta masih berkabut. Saat itu, warga yang menjadi korban panik dan berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri.
Baca Juga: Penggunaan Masker Jadi Budaya Baru Wajib Diterapkan