Bali, Sonora.ID - Gempa tektonik mengguncang Bali dan terasa hingga di Lombok, Sabtu 16 Oktober 2021, pukul 04.18 WITA. Hasil analisa BMKG menunjukkan, gempa berkekuatan 4,8 skala Richter itu episenterntya terletak pada koordinat 8,32° LS; 115,45° BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 8 km barat laut Karangasem, di kedalaman 10 km.
Gempa yang terasa kuat mengguncang kawasan Karangasem dan Bangli tersebut menyebabkan tiga orang meninggal dunia, 9 orang luka-luka, dan ratusan rumah rusak parah dan rusak ringan di Karangasem, Bangli, dan Buleleng.
Peristiwa gempa itu mengakibatkan dua korban jiwa tertimbun longsor di Desa Terunyan, Kintamani, Bangli. Keduanya bernama Ni Kadek Wahyu Antari (25) dan Lionel Adi Putra (8). Dua korban jiwa tersebut diketahui merupakan bibi dan keponakan. Jenazah keduanya ditemukan dalam posisi Kadek Antari memeluk Lionel.
Perbekel Desa Terunyan I Wayan Arjana mengatakan, awal mula kejadian diketahui sekitar pukul 04.18 Wita. Berawal dari kejadian gempa bumi, dan tak lama berselang terdengar suara gemuruh dibarengi debu. "Debunya itu sampai Banjar Terunyan. Itu jaraknya sekitar 2 kilometer," kata dia.
Baca Juga: Breaking News! Gempa 4,8 SR Guncang Pacitan Jawa Timur
Ia menambahkan, proses evakuasi saat itu tidak bisa segera dilakukan, karena kondisi sekitar yang masih gelap. Disamping juga warga khawatir jika terjadi longsor susulan.
"Yang pertama ke sini pak Babinsa dan pak Bhabinsa bersama warga sekitar," ucapnya.
Sementara itu, Babinsa Desa Terunyan, I Wayan Asli mengatakan, setelah mendatangi lokasi kejadian, proses evakuasi dilakukan tak berselang lama, setelah memastikan keadaan di sekitar aman dari longsor. "Kami melakukan evakuasi bersama masyarakat Cemara Landung dan masyarakat Desa Abang Batudinding, khususnya Banjar Dukuh," ungkapnya.
Evakuasi membutuhkan waktu hingga tiga jam lebih. Wayan Asli mengungkapkan, saat dievakuasi dua korban yang dinyatakan selamat, yakni Made Mudawati (42) dan Nopa Nopita Sari (18), karena berada di ruang berbeda. Keduanya selamat karena masih mendapatkan oksigen.
Baca Juga: BPBD Wonogiri Imbau Masyarakat Agar Tidak Panik dan Waspada Terkait Gempa dari Pacitan
"Mereka tertimpa bongkahan tembok, namun masih bernapas. Sehingga kita secepatnya melakukan evakuasi, dan melarikan ke rumah sakit," jelasnya.
Sementara korban yang meninggal berada di satu ruang. Kata Wayan Asli, Kadek Antari diduga terkena bongkahan batu, dan tertimbun longsor. "Posisinya dia dipeluk oleh bibinya. Namun saat dievakuasi, keduanya sudah tidak bernafas," ucap dia.
Gempa yang memicu longsor di Banjar Cemara Landung, Desa Terunyan menyebabkan sejumlah kerusakan. Tak hanya rumah warga, longsor juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur jalan.
Total ada sembilan warga yang diterima pihak RSU, diantaranya tujuh korban selamat dan dua korban meninggal dunia.
"Sembilan warga yang dirujuk ke RSU Bangli enam diantaranya berasal dari Desa Terunyan. Satu orang asal Banjar Beluhu, Desa Suter, dan dua orang asal Banjar Pulesari, Desa Peninjoan, Tembuku," kata Wadir Pelayanan RSU Bangli, dr I Made Naris Pujawan.
Baca Juga: Total RP 1,5 Miliar, Gubernur Koster Serahkan Beasiwa untuk 1.501 Siswa Berprestasi
Dari seluruh korban tersebut, hingga kini hanya Ni Made Mudawati (50), Putu Novita Sari (18), dan Ni Wayan Sunadi (71) yang masih berada di RSU Bangli. Mudawati mengalami patah tulang serta mengalami trauma. Sedangkan Putu Novita Sari mengalami luka lecet dan luka terbuka.
"Untuk ibu yang berusia 71 tahun, mengalami luka terbuka pada kelopak mata. Sudah dilakukan tindakan operasi. Sementara korban lainnya sudah menjalani observasi dan sudah diizinkan pulang," ucapnya.
Di Kabupaten Karangasem, gempa merenggut nyawa Ni Luh Mariani (5) asal Banjar Dinas Jatituhu, Desa Ban, Kecamatn Kubu, Kabupaten Karangasem. Anak pasangan I Nengah Puja dan Nengah Nuansa meninggal setelah dada dan kepalanya tertimpa reruntuhan material bangunan berbahan batako.
Saat kejadian, cuaca di sekitar masih gelap, dingin, dan sunyi, serta masih berkabut. Saat itu, warga yang menjadi korban panik dan berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri.
Baca Juga: Penggunaan Masker Jadi Budaya Baru Wajib Diterapkan
Kepala Dusun Jatituhu, Nyoman Semera, mengaku, gempa yang berpusat di Karangasem, Bali, terjadi saat masih cuacanya masih gelap. Kemungkinan masyarakat panik, dan korban terjebak di dalam rumah. Sehingga Gempa berdurasi 5 detik merobohkan bangunan rumah warga dan menimpa bocah.
"Bocah yang meninggal tinggal bersama orangtua dan saudara di dalam rumahnya. Saat itu warga panik dan berhamburan keluar. Kemungkinan anak tersesat di dalam, sehingga kena reruntuhan bangunan," ungkap I Nyoman Semera.
Setelah gempa berakhir, warga menemukan bocah ditemukan tersebut dalam kondisi tidak bernyawa di dalam rumah. Selain merenggut nyawa, gempa menimpa tujuh warga di Jatituhu hingga alami luka berat.
Ada warga kakinya patah, tangannya patah, dan mengalami luka dalam lantaran dada kena reruntuhan bangunan. Untungnya ke tujuh orang ini seelamat dan masih dirawat di Puskesmas dan RS Karangasem.
"Warga yang mengalami luka berat sudah dirujuk ke RS Karangasem. Untuk yang lain masih mendapatkan perawatan di Puskesmas. Semoga korban gempa segera disembuhkan dan dapat bantuan," harapnya.
Tim gabungaan bersama masyarakat melakukan evakuasi korban. Gempa bumi juga mengakibatkan sekitar 95 unit rumah warga di Jatituhu mengalami rusak. Ratusaan rumah tidak bisa ditempati.
Kerusakannya bervariasi. Ada yang temboknya retak, atap dan plafon ambruk, serta ada bangunan yang sudah rata. Beberapa tempat ibadah (pura) milik wrga ambruk. Rata-rata rumah di Jatituhu rusak parah dan tak bisa ditempati. Pihaknya berharap BPBD Kabupaten Karangasem bisa membangun beberapa tenda untuk warga yang tempat tinggalnya rusak.
Tujuannya, supaya warga miliki tempat istirahat sementara sampai kondisi membaik serta normal.
Baca Juga: Kunjungan Kerja di Bali, Wali Kota Makassar Diskusi Soal Pemulihan Ekonomi