Sonora ID – Secara umum dan terlepas dari agama, takdir dapat diartikan sebuah peristiwa tertentu yang pasti akan terjadi pada seseorang di masa depan.
Sebagai manusia –perempuan atau laki-laki– yang memiliki kehendak bebas atau free will, pertanyaan ini seharusnya tidak perlu muncul dalam sebuah diskusi karena jawaban yang sudah cukup jelas.
Dalam dunia utopia, semua orang memiliki hak yang sama untuk menentukan arah kehidupannya serta tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi ekspektasi yang dimiliki oleh orang di sekitarnya.
Namun, memiliki keturunan adalah kewajiban yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah pernikahan bagi perempuan di negara Asia seperti Indonesia.
Perempuan, satu-satunya pihak yang memiliki janin tentunya diberikan tugas untuk mengandung satu, dua dan bahkan tiga anak hasil pernikahan mereka.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Ibu Rumah Tangga Lakukan Inovasi Keripik Kelapa
Karena bayi bisa tumbuh sendiri, tugas ini kemudian merangkap dengan memasak, memandikan, mencuci pakaian dan tugas lainnya yang tampak tidak pernah selesai.
Tidak hanya hanya karena stigma stamina yang lebih kuat, ketidaksetaraan gender di dunia karir juga sering menjadi alasan mengapa hanya laki-laki yang berpartisipasi membangun keluarga dengan terjun ke dunia karir profesional.
Pengaturan ini tentunya tidak menjadi masalah jika ibu rumah tangga adalah sebuah mimpi yang ingin dicapai.
Bagi sebagian perempuan, status tersebut dapat membawa kebahagian layaknya jabatan tinggi bagi para wanita karir.
Kedua alasan ini seharusnya sudah menjadi alasan yang valid untuk menghindar dari pandangan sebelah mata masyarakat dan perempuan lain yang juga kadang tidak bertindak sebagai sekutu.
Baca Juga: Karena Pandemi Covid-19, Ibu Rumah Tangga di Siau Jadi Penambang Batu