Toxic Productivity: Tren Berbahaya yang Sebabkan Masalah Mental

22 Oktober 2021 19:10 WIB
Toxic productivity sebagai tren yang menyebabkan masalah mental
Toxic productivity sebagai tren yang menyebabkan masalah mental ( pixabay.com)

Sonora.ID – Beberapa waktu yang lalu, platform Twitter sempat dihebohkan dengan narasi seorang anak berumur 14 tahun yang sudah membuat CV dan sibuk dengan sejumlah kegiatan di area professional.

Pada awalnya, tidak ada yang mempermasalahkan anak tersebut menjadi pribadi yang aktif sejak usia muda, tetapi isu muncul ketika hal tersebut terkesan seperti toxic productivity dan tidak sesuai dengan fase usia remaja.

Banyak yang berargumen bahwa rentang usia belasan bukanlah fase seorang anak untuk terjun ke dunia profesional.

Pasalnya, anak umur belasan tahun masih memiliki waktu untuk mengeksplor dirinya lebih luas lagi dibandingkan sudah sibuk dengan banyak kegiatan hanya demi sebatas CV.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Toxic' - BoyWithUke (all my friends are toxic) dan Terjemahannya

Terlalu banyak kegiatan ini lah yang kemudian dinilai sebagai toxic productivity. Tetapi, muncul satu pertanyaan, apakah sang anak benar-benar mempraktikan toxic productivity ketika dirinya disibukkan dengan banyak kegiatan untuk mengisi CV?

Sebelum dikaji lebih lanjut, masyarakat Indonesia harus paham terlebih dahulu dengan konsep toxic productivity.

Konsep Toxic Productivity

Terdengar cukup asing, namun toxic productivity kini sedang menjadi sebuah tren dan budaya yang tidak dapat dihindari terlebih di masa pandemi ini.

Secara sederhana, toxic productivity adalah sebuah tren yang menyebabkan seseorang merasa harus selalu produktif dan menganggap dirinya bernilai ketika memiliki banyak pekerjaan.

Konsep dari toxic productivity sebenarnya tidak beda jauh dengan hustle culture; bahkan bisa dikatakan bahwa tren produktif ini merupakan salah satu hasil dari hustle culture.

Baca Juga: 3 Zodiak yang Tidak Cocok dengan Scorpio, Kalau Dipaksakan akan Berujung Toxic Relationship!

Hustle culture membuat masyarakat bergerak begitu cepat dan menjadikan mereka untuk bisa selalu produktif di setiap saat.

Banyak yang tidak sadar bahwa menjadi produktif setiap saat itu tidak sama dengan menjadi orang sukses.

Karena pada kenyataannya, produktif setiap saat hanya akan berakhir menjadi toxic productivity yang menyebabkan kesehatan mental menjadi terganggu.

Penyebab Toxic Productivity

Selain dari hustle culture yang kini sedang menjadi tren dan menyebabkan toxic productivity muncul, ternyata ada penyebab lain yang memegang peran penting.

Baca Juga: Code Red! 4 Pasangan Zodiak Ini Dianggap Tidak Cocok dan Terjebak di Toxic Relationship

Tekanan besar-besaran yang datang dari masyarakat modern kini menjadi penyebab utama toxic productivity muncul.

Kemudahan akses internet di zaman teknologi ini membuat banyak orang dengan mudah mengekspos kesuksesan yang sudah diraih semasa perjalananan hidup.

Hal ini menyebabkan fear of missing out (FOMO) hadir di lingkungan masyarakat, terutama pada Generasi Milenial dan Z. Rasa takut tertinggal akan sesuatu ini yang kemudian mendorong mereka untuk mengambil banyak aktivitas dalam waktu bersamaan.

Tanpa adanya penyortiran, Generasi Milenial dan Z dengan suka rela mengerjakan banyak tugas dan kewajiban tanpa tahu pasti tujuan yang sebenernya. Hal yang dijadikan highlight sesuai dengan konsep dari toxic productivity; merasa bernilai ketika memiliki banyak beban pekerjaan.

Baca Juga: Makna Lagu ‘Kill This Love’ BLACKPINK, Stop Toxic Relationship!

Dampak Toxic Productivity

Pada kenyataannya, tidak pernah ada yang salah untuk menjadi sosok produktif terlebih ketika masih di usia muda.

Usia muda memang menjadi tempat untuk mengeksplor lebih banyak kemampuan yang dimiliki. Tetapi, permasalahan datang ketika produktivitas menjadi sebuah beban dan standar dari kehidupan.

Jika disadari lebih lanjut, toxic productivity sebenarnya tidak membawa seseorang ke tempat yang jauh lebih baik; produktivitas yang berlebihan ini hanya akan menimbulkan gangguan pada mental.

Tanpa sadar, sosok yang mengagungkan produktivitas dan menjalani toxic productivity di kehidupan sehari-harinya cenderung melupakan dirinya adalah manusia yang membutuhkan istirahat.

Baca Juga: 8 Cara Mengenali Bahwa Mungkin Anda adalah Orang Tua yang Toxic

Tak jarang, ini membuat mereka memiliki tingkat emosi yang tidak stabil dan merasa overwhelmed dengan banyak hal yang sedang dijalani.

Berkaca pada kasus anak 14 tahun yang sudah bekerja untuk memenuhi CV, apakah ini tidak akan menimbulkan masalah pada mental si anak di kemudian hari?

Sebuah hubungan profesional dalam dunia kerja memiliki batasan umur dan akan menjadi sebuah tantangan berat bagi anak yang masih berumur 14 tahun; sebuah usia di mana anak tersebut seharusnya masih bermain dengan teman-temannya.

Studi yang dilakukan oleh Nina dan Nur di tahun 2021 menujukkan bahwa tingkat stres pada kantor ada pada persentase 72.4%. Tentu, ini bukan angka yang rendah dan datang dari responden dengan rentang usia yang sudah matang.

Ini menujukkan bahwa orang usia sudah matang pun belum tentu terhindar dari stres, terlebih anak usia 14 tahun.

Baca Juga: Bicara tentang Toxic Relationship, Cinta Laura: Itu Bukan Cinta!

Oleh karena itu, memilah produktivitas akan jauh lebih baik dilakukan dibandingkan harus mengikuti banyak kegiatan hanya demi mengisi CV semata.

Mengisi produktivitas dengan kegiatan yang disukai dan relevan dengan tujuan setidaknya akan membuat seseorang menjadi lebih rileks dan nyaman karena didasari oleh rasa suka terhadap aktivitas tersebut.

Selain itu, peran orang tua dalam membantu anak-anak dalam menemukan passion dirinya pun sangat penting agar sang anak tidak kebingungan untuk menentukan aktivitas yang dipilihnya.

Ini dapat membantu sang anak untuk lebih fokus dalam mengejar hal yang diincarnya, sehingga produktivitas yang dilakukan akan jauh efisien dibandingkan melakukan banyak aktivitas tetapi tidak relevan dan malah menyebabkan stres dan gangguan mental.

Baca Juga: Urutan Cowok Toxic Berdasarkan Zodiak, Gemini Duduki Peringkat Pertama!

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm