Di sisi lain, Plt. Kepala BKN yang menjadi Koordinator Penyusunan Cetak Biru Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Nias pada 2004-2009, berkisah mengenai pengalamannya dalam menyelamatkan arsip kala pasca-tsunami. “Saya saat itu juga membantu ANRI menyelamatkan arsip-arsip yang terkena tsunami. Terutama arsip penting saat itu,” ungkap Bima Haria.
Bima Haria mengungkap ide pembangunan Pusat Studi Kebencanaan ini sudah muncul sejak 2005. Masyarakat merupakan pihak yang harus menerima informasi terkait kebencanaan agar paham dan bereaksi cepat ketika terjadi bencana.
“Pusat Studi Kebencanaan itu tidak bersifat materi statis tapi justru yang dinamis. Yang bisa dimengerti, diakses, dan dipelajari orang seluruh dunia. Jadi tidak hanya arsip statis tapi juga arsip digital yang bisa diakses,” imbuhnya.
Lebih jauh Bima Haria menyebutkan bahwa sebagai negara rawan bencana, Indonesia kurang memberikan respons terkait kesiapan menghadapi bencana. Pusat studi ini merupakan upaya pemerintah dalam memberikan sarana literasi masyarakat tentang hidup di kawasan rawan bencana.
Rektor USK Samsul Riza mengatakan kesiapan pihaknya untuk melestarikan arsip-arsip, terutama terkait kebencanaan. “Kami siap berkontribusi dan berkolaborasi dalam upaya pusat studi ini terus dapat berkiprah sehingga perlu penelitian lanjutan. Tidak hanya terkait tsunami tapi juga bagaimana penanganan pandemi di Aceh misalnya bisa ada juga di pusat studi ataupun juga kejadian lain yang langka,” pungkas Samsul.