Sonora.ID - Kanker merupakan penyakit yang banyak merenggut jiwa dan secara ekonomi dapat merugikan para pengidapnya.
Biaya perawatan dan konsultasi kanker dapat dikatakan cukup besar.
Terlebih, orang dengan pengidap kanker biasanya sulit untuk beraktivitas, termasuk bekerja guna mencari nafkah.
Ini dikarenakan pengidap kanker, terutama kanker paru-paru, seringkali merasa sesak sehingga ketika seseorang bekerja yang menggunakan kegiatan fisik akan sangat terhambat.
Baca Juga: 4 Hal yang Perlu Dihindari setelah Vaksin, Dokter: Termasuk Rokok!
Terhambatnya kegiatan ini tentu, lagi-lagi, membebankan finansialmu.
Dokter Santi dalam siaran Radio Sonora 'AWAS! Risiko Kanker Paru-paru yang Terjadi Akibat Merokok' (25/10/21) mengatakan sosialisasi gejala paru-paru perlu dilakukan sejak dini dan secara masif.
Hal ini agar kamu dapat menyegerakan diri untuk berkonsultasi dan menyembuhkan paru-paru yang belum tumbuh menjadi ganas tersebut.
Siapakah penderita umum kanker paru-paru?
Pengidap kanker paru-paru biasa diidentikan dengan laki-laki.
Selain kanker paru, laki-laki juga menempati urutan kedua terbanyak penderita kanker kolorektal.
Sementara itu perempuan berisiko terkena kanker payudara dan serviks.
Namun hal ini tidak bisa disimpulkan bahwa perempuan tidak akan terkena kanker paru.
"Penderita kanker paru yang perempuan juga banyak, termasuk kanker payudara yang dialami laki-laki," ujar dokter dari Health Center Kompas Gramedia tersebut.
Persoalan merokok
Berkaitan dengan jenis kelamin tersebut, salah satu indikator yang membuat kita berakhir pada kesimpulan 'laki-laki berisiko terkena kanker paru' adalah kondisi umum yang mana mayoritas laki-laki adalah perokok.
Baca Juga: Wanita Lebih Sulit Berhenti Merokok Dibanding Laki-Laki, Kenapa?
"Data menunjukkan penderita kanker paru 90 persennya adalah perokok. Tapi tidak semua perokok berakhir ke kanker paru-paru." ujar dokter.
Dalam rokok, ditemukan sekitar 70-an zat penyebab kanker, namun tidak terbatas pada kanker paru melainkan kanker di bagian tubuh lainnya.
Perempuan sebetulnya juga berisiko terkena kanker paru, terlebih jika perempuan tersebut hidup sebagai perokok pasif.
Di satu sisi, perokok yang memutuskan untuk berhenti merokok selama 10-15 tahun bisa mengurangi hingga 50 persen risiko kanker.
Berhenti merokok juga merupakan bentuk kepedulian kepada perokok pasif karena perokok tipe ini juga memiliki risiko kanker paru meskipun tidak terlalu signifikan.