“Sementara itu, laju inflasi dalam negeri masih terkendali yakni di level 1,60 persen secara year on year,” lanjutnya.
Dari sisi eksternal, surplus neraca perdagangan terus berlanjut. Pada September 2021, surplus neraca perdagangan mencapai USD 4,37 miliar atau secara akumulatif dari Januari hingga September 2021 mencapai USD 25,07 miliar.
Kemudian untuk posisi cadangan devisa, tercatat berada pada level USD 146,87 miliar, atau setara dengan 8,9 bulan impor barang dan jasa.
Meski demikian, Sri Mulyani menilai Indonesia masih perlu waspada dengan dinamika isu global yang saat ini tengah terjadi.
Baca Juga: Kemenkeu Sebut Penerapan Pajak Karbon Jadikan Indonesia Sejajar dengan Inggris, Jepang dan Singapura
“Pemulihan ekonomi global berlanjut, namun menghadapi risiko terjadinya gelombang baru Covid-19 dan global supply disruption,” sebutnya.
Munculnya varian baru Covid-19 masih menjadi faktor risiko terbesar di tengah ketimpangan distribusi vaksin global.
Tidak hanya itu, global supply disruption yang berlangsung lebih panjang dari perkiraan dan kenaikan harga energi akibat keterbatasan suplai mulai memicu tekanan inflasi di sejumlah negara.
Beberapa contohnya adalah inflasi di Amerika Serikat yang tercatat berada di kisaran 5,4 persen dalam empat bulan terakhir, serta Uni Eropa yang juga mengalami tren peningkatan inflasi, tercatat pada September 2021 inflasi Uni Eropa mencapai 3,4 persen.