Adapun komoditas yang menyebabkan inflasi pada kelompok tersebut adalah naiknya harga cabai merah dan minyak goreng, yang masing masing memberikan andil 0,05 persen, serta kenaikan harga daging ayam ras dengan andil 0,02 persen.
Sementara itu, jika dilihat dari komponen, inflasi inti pada oktober 2021 tercatat sebesar 0,07 persen dan inflasi pada komponen harga yang diatur pemerintah mencapai 0,33 persen, dengan andil 0,06 persen.
“Komponen harga yang diatur oleh pemerintah itu memberikan andil cukup besar yaitu sebesar 0,06%. Komoditas utamanya (yang memicu terjadinya inflasi) adalah karena adanya kenaikan tarif angkutan udara kemudian kenaikan harga rokok kretek filter, serta kenaikan harga bensin,” lanjutnya.
Baca Juga: BPS: Neraca perdagangan Indonesia September 2021 surplus 4,37 miliar US Dollar
Kemudian, pada komponen bergejolak terjadi inflasi 0,07 persen dengan andil terhadap inflasi 0,01 persen.
Adapun dari 90 kota IHK yang dipantau BPS, terdapat 68 kota yang mengalami inflasi dan 22 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di sampit yang mencapai 2,06 persen dengan IHK sebesar 109,30 dan inflasi terendah terjadi di Sumenep dan Banyuwangi dengan inflasi masing-masing 0,02 persen.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 0,70 persen dengan IHK sebesar 107,98 dan terendah terjadi di Bengkulu sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 105,89.
Baca Juga: BPS Catat Kunjungan Wisman Pada Agustus 2021 Turun 6 Persen