Sejarah Islam Kampung Gelgel
Islam sudah menyebar di Gelgel sejak lama. Sejarah itu berawal saat Raja Gelgel, Ketut Dalem Klesir, berkunjung ke Majapahit disekitar abad ke 14 Miladiyah atau sekitar tahun 1357M untuk menghadiri pertemuan raja raja Nusantara di Ibukota Majapahit.
Saat pulang ke Klungkung, Ketut Dalem dikawal empatpuluh prajurit muslim dari Majapahit.
Sesampai di pulau Bali Ke-40 pengawal tersebut diizinkan oleh Raja bali untuk menetap, tanpa mendirikan kerajaan tersendiri seperti halnya kerajaan Islam di pantai utara Pulau Jawa pada masa kejayaan Majapahit.
Para pengawal muslim itu hanya bertindak sebagai abdi dalam kerajaan Gelgel menempati satu pemukiman dan membangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid Nurul Huda Gelgel, yang kini merupakan tempat ibadan umat Islam tertua di Pulau Dewata.
Baca Juga: Bale Rantjah Park, Wisata di Boyolali Dengan Nuansa Pantai Bali
Saat pertama kali dibangun masih sangat sederhana beratap alang-alang dengan tiang dari pohon kelapa.
Sejak berdiri Masjid Nurul Huda dari zaman Kerajaan Gelgel telah mengalami beberapa tahapan renovasi dan rehab, sampai akhirnya pada tahun 1989 M bertepatan dengan tahun 1409 H. Masjid Nurul Huda dibangun ulang dengan konstruksi beton berlantai II, dan bagian atapnya masih tetap mempertahankan bentuk aslinya. Dan renovasi terakhir dilakukan pada Tahun 2010 M /Tahun 1431 H.
Sejak awal berdiri dimasa kerajaan Gelgel, Masjid ini bernama "Masjid Nurul Huda" yang berarti “cahaya petunjuk” sampai sekarang belum berganti nama, dan jenis tipologi masjid ini adalah "Masjid Bersejarah" meskipun bukti-bukti sejarah hampir tidak bisa dipertahankan karena termakan usia, namun diyakini Masjid inilah yang pertama kali dibangun di Bali seiring dengan masuknya Islam pertama ke Bali.
Kelompok para prajurit Muslim dari Majapahit inilah yang disebut sebagai moyang keturunan masyarakat Islam Kampung Gelgel yang ada sekarang ini. Mereka inilah penyebar Islam pertama di Bali.
Mereka tak hanya berdiam di Gelgel. Sebagian ada yang tinggal di Kampung Lebah, Kusamba, serta Kampung Toyapakeh di Nusa Penida.
Baca Juga: Kemenparekraf Terus Gencarkan Promosi Pembukaan Pariwisata Bali bagi Wisatawan Mancanegara