Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Nurlianti, mengatakan pihaknya terus memberikan pelayanan untuk masyarakat dalam kondisi pandemi. Berbagai pelatihan ekonomi kreatif dan workshop digelar secara virtual untuk menambah kompetensi masyarakat. Kolaborasi dilakukan dengan menggandeng praktisi dan berbagai narasumber.
"Pandemi membuat kita terbatas melakukan kegiatan, tetapi kami tetap menyiasatinya dengan kegiatan secara virtual. Seperti talkshow maupun workshop," kata perempuan yang akrab disapa Nunung tersebut. Tahun ini, ada empat kabupaten di Kalsel yang menerima program transformasi perpustakaan sosial yakni Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala, dan Tanah Bumbu.
Sejak tahun 2018, program transformasi berbasis inklusi sosial sudah berkiprah di 32 provinsi, 160 kabupaten dan 1.250 desa. Team Leader Konsultan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Erlyn Sulistyaningsih, mengatakan saat ini, untuk mengetahui kebutuhan masyarakat, perpustakaan harus berani keluar dari gedung dan tidak hanya menyediakan buku.
"Perpustakaan harus hadir di masyarakat, harus dapat menjawab kebutuhan yang harus segera diselesaikan, sehingga memberikan dampak dapat mengubah kehidupan menjadi lebih baik," kata Erlyn.
Dikatakan, perpustakaan menjadi ruang terbuka bagi masyarakat untuk mendapatkan solusi untuk kebutuhan hidup. Perpustakaan dapat meningkatkan layanan informasi dan membuat perpustakaan menjadi lebih menarik.
Dalam kesempatan tersebut, salah satu warga yang memanfaatkan perpustakaan, Shanty Apriani, berbagi pengalamannya memulai bisnis keripik pisang dengan membaca buku di Perpustakaan Desa Soguo, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara.
"Di perpustakaan, saya menemukan buku tentang pengolahan camilan dari pisang. Dari buku itu, saya menciptakan produk olahan pisang menjadi kripik dengan berbagai varian rasa," ungkapnya.
Untuk meningkatkan nilai jual dan perluasan, pemiik Enterpreneur Produksi Aneka Kripik Pisang (BananasQ) ini mengikuti pelatihan, workshop, dan mencari informasi di internet yang difasilitasi layanan perpustakaan desa Soguo. Selain dapat membantu ekonomi keluarga, Shanty mengaku dapat membantu ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya.
"Saya berharap perpustakaan desa dapat melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat lebih banyak lagi, yang dapat berubah hidupnya karena layanan perpustakaan," pungkasnya.