Menurut Didiek, reaktivasi bisa menggenjot pariwisata Jabar, juga memudahkan laju perekonomian kota dan daerah, karena kapasitas gerbong yang besar, juga ada konektifitas integrasi bidang lainnya, yang ujungnya berimbas pada perekonomian.
"Mewujudkan visi kereta api, menjadi solusi transportasi, akan bisa tercapai jika ada kolaborasi sinergi dengan berbagai pihak. Tentunya kereta api sebagai operator dan kebijakan insfrastruktur adalah pemerintah," kata Didiek.
Diketahui, pendapatan PT KAI saat ini adalah dari angkutan logistik yang meningkat, namun dari angkutan penumpang disaat pandemi menurun.
"Berdasarkan itulah kedepan harus ada keseimbangan dalam pendapatan PT KAI, antara logistik dan penumpang, dan saat ini sedang direncanakan. Kami menyambut baik ajakan Gubernur Jabar, untuk membangun potensi pariwisata di jabar, mari bersama dengan Dirjen Perkeretaapaian dan Perhubungan, mereaktivasi jalur peninggalan belanda agar dapat digunakan kembali," imbuhnya.
Baca Juga: PT KAI Raih Penghargaan Sebagai Badan Publik Informatif Peringkat 1 Kategori BUMN
Di akhir, Didiek menambahkan, bahw nantinya PT KAI akan menjadi leading sponsor kereta api cepat, harapannya nanti akan muncul integrasi konektivitas di Stasiun Padalarang dan Stasiun Bandung. untuk itu diharapkan kerjasama dengan Pemprov dan Pemda.
Hal senada dikemukakan Vice Presiden Public Relations KAI Joni Martinus, bahwa di tahun 2019 volume penumpang dan barang di kereta api stabil, namun sejak 2020 adanya pandemi covid-19, volume turun drastis hingga tahun ini, tetapi PT KAI terus berusaha bangkit dan akan keluar dari krisis ini.
"Kami melihat adanya potensi besar melalui industri besar yang bisa menggunakan jasa angkutan si ular besi (kereta api), seperti garmen, makanan minuman, dll, ini akan kita gali potensinya untuk meningkatkan pendapatan PT KAI persero," kata Joni.
Baca Juga: Ada Syarat Baru Dalam Perjalanan Kereta Api Jarak Jauh