Sonora.ID - Berbagai jenis atau instrumen investasi memiliki risikonya tersendiri.
Salah satu instrumen investasi yang paling dikenal sebagai investasi dengan risiko tertinggi adalah saham.
Ini dikarenakan nilai saham seringkali berfluktuasi dan memberikan rasa tidak aman.
Sebaliknya, investasi yang selalu dianggap aman adalah investasi properti, seperti bangunan, aset, dan atau tanah.
Properti memiliki wujud fisik yang nyata dan jelas sehingga para pemiliknya merasa asetnya tidak akan hilang dan mudah dikontrol, beda dengan saham yang bentuk wujud fisiknya tidak terlihat.
Baca Juga: 5 Seleb Korea yang Sulap Properti Pribadi Jadi Tempat Usaha, Sudah Kaya kini Makin Kaya!
Berbicara tentang properti Inspirator Investasi Indonesia, Ryan Filbert dalam siaran Radio Smart FM 'Resiko dalam Investasi itu Pasti! Tapi Bisa di Antisipasi' (10/11/21) meluruskan beberapa hal pandangan terkait risiko kecil dari investasi properti.
"Properti adalah investasi yang risikonya tinggi tapi kelihatannya tidak," kata Ryan.
Ketika kita membeli saham dan merasa saham ini tidak aman atau justru merugikan, maka dalam waktu yang sama kita bisa mengurangi kekhawatiran tersebut dengan langsung menjualnya.
Berbeda dengan saham, ketika memiliki properti dan merasa dirugikan, kita tidak bisa langsung menjualnya.
Butuh proses yang panjang, seperi harus mengontak agen properti, memasang iklan, negosiasi, dan sebagainya.
Baca Juga: Tips Jitu Memulai Bisnis Properti ala Direktur Green Center Park
Belum lagi selama proses penjualan, terdapat tawar menawar yang mungkin malah menjatuhkan harga propertimu.
Oleh karenanya, Ryan cenderung melihat kalau investasi aset, ada baiknya kamu memilih emas dibandingkan properti.
Namun hal ini tidak menjadikan Ryan anti terhadap investasi properti.
Jika kamu memang berniat investasi properti, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Baca Juga: Capai 30-40%, Emiten-emiten Properti Rilis Kinerja Pre-sales di 1Q21
Pertama, pastikan lingkungan propertimu sudah cukup hidup dan dinamis.
Biasanya para penyewa atau pembeli akan lebih tertarik dengan lingkungan tersebut karena akan ada prospek ekonomi ke depannya.
Kedua dan yang paling utama adalah jangan termakan omongan orang lain.
Banyak dari kita yang terjebak dalam desas-desus bahwasanya 'properti di lingkungan ini dalam beberapa tahun mendatang akan ramai'.
Hal tersebut tidak ada yang bisa menjamin.
Banyak properti yang pada akhirnya bangkrut karena tidak ada dinamika kehidupan di sekitarnya.
Baca Juga: Antusiasme Industri Properti Pontianak Menyambut Freesia House