Sonora.ID – Suku Mentawai merupakan salah satu suku tertua yang menjadi bagian dari Bangsa Indonesia.
Suku ini menempati Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, sejak bermigrasinya nenek moyang mereka di tahun 2000 hingga 500 SM.
Hingga saat ini, eksistensi Suku Mentawai masih menjadi salah satu daya tarik terbaik dari keberagaman Indonesia. Suku ini sangat berpegang teguh dengan adat istiadat serta tradisi yang mereka miliki.
Salah satu tradisi terkenal dari Suku Mentawai adalah Titi atau Tato Mentawai. Tato ini diukir di atas tubuh para anggota suku tersebut. Hebatnya, Tato Mentawai merupakan seni rajah tertua yang ada di dunia.
Dibalik keunikannya dan prosesnya yang ekstrem, terdapat 5 fakta Tato Mentawai yang jarang disorot oleh masyarakat Indonesia.
Baca Juga: 5 Fakta Suku Baduy, Kabilah yang Melakukan Tradisi Puasa Tiga Bulan
Tato Mentawai sebagai Alat Komunikasi
Pada umumnya, tato hanya digunakan sebagai sebuah seni untuk membuat kenangan atas suatu memori di bagian tubuh tertentu. Tetapi, hal berbeda terjadi di Suku Mentawai.
Suku ini menggunakan Tato sebagai alat komunikasi bagi setiap anggotanya. Tato Mentawai dibuat berdasarkan tanah asal serta kedudukan sosial anggota dari suku tersebut.
Tato Mentawai juga dianggap sebagai media untuk berkomunikasi dengan alam. Bagi Suku Mentawai, tato ini merupakan lambang keseimbangan dari kehidupan dengan alam sekitarnya.
Baca Juga: 3 Suku di Indonesia Ini Dilarang dan Pantang untuk Menikah, Apa Penyebabnya?
Acara Adat Diadakan Untuk Mengukir Tato Mentawai
Tato Mentawai bukan sembarangan tato yang dapat diukir pada badan anggota Suku yang mendiami Kepulauan Mentawai ini.
Suku Mentawai menganggap tato sebagai tanda keseimbangan hidup dengan alam, sehingga acara adat yang dinamakan Sikerei diadakan terlebih dahulu sebelum mengukir tato.
Tidak heran, mengukir Tato Mentawai memakan waktu yang cukup lama meskipun bentuknya mengandung unsur alam, seperti bebatuan, hewan, dan tumbuhan.
Baca Juga: 7 Suku Dengan Kategori Paling Berbahaya dan Primitif di Dunia, Salah Satunya Dipercaya Kanibal
Proses Ekstrem saat Mengukir Tato Mentawai
Selain dari memakan waktu yang cukup lama, ternyata dalam proses mengukir Tato Mentawai pun terhitung cukup ekstrem.
Tato Mentawai akan diukir terlebih dahulu pada pangkal lengan anggota suku yang sudah menyentuh usia 11-12 tahun. Kemudian, tato akan diukit kembali pada bagian paha saat anggota suku sudah berusia 18-19 atau dianggap dewasa.
Pengukiran tato ini masih menggunakan cara tradisional. Suku Mentawai menggunakan jarum kecil yang di pasang di kayu.
Jarum tersebut sudah dicelupkan ke warna yang dibuat dari daun pisang serta arang tempurung kelapa.
Kemudian, penato akan mulai mengukir dengan cara dipukul-pukul pelan, namun tidak sampai menusuk daging.
Akibat prosesnya yang cukup ekstrem ini, Tato Mentawai kerap memberikan efek demam ketika sudah selesai diukir.
Penato Tidak Datang dari Sembarang Orang
Para penato Tato Mentawai disebut sebagai Sipatiti. Untuk para anggota suku yang ingin menjadi Sipatiti harus melalui proses yang cukup panjang.
Para Sipatiti dianggap memiliki ilmu tinggi dan disegani oleh banyak orang. Hal ini sebenarnya wajar untuk terjadi karena profesik Sipatiti ini diagungkan oleh Suku Mentawai.
Bahkan dalam acara adat Sikerei, para Sipatiti tidak diperbolehkan untuk makan bersama anggota suku biasa.
Baca Juga: Fakta Menarik Tradisi Mencuri Istri Orang yang Masih dilakukan suku Wodaabe hingga saat ini
Tato Mentawai merupakan Tradisi Rajah Tertua
Diketahui, Tato Mentawai sudah eksis di suku tersebut sejak tahun 1500 SM. Ini menujukkan bahwa Tato Mentawai bahkan lebih tua daripada peradaban Mesir Kuno di tahun 1300 SM.
Suku Mentawai memiliki kesadaran yang tinggi untuk selalu mempertahankan budaya serta adat istiadat yang mereka miliki. Tidak heran, eksistensi Tato Mentawai pun dapat bertahan hingga abad ini.