Sonora.ID – Berdasarkan World Health Organization (WHO), vaksinasi masyarakat Indonesia sudah berhasil menyentuh angka 40 persen.
Kendati sudah berhasil memperoleh kabar baik, Indonesia harus memiliki strategi agar tidak terjadi gelombang ke-3 pandemi COVID-19.
Berdasarkan diskusi berjudul “Libur Nataru dan Varian Baru Strategi Cegah Gelombang Ke-3 Pandemi COVID-19,” Dubes RI untuk Singapura Suryopratomo menyatakan bahwa antisipasi ini dapat dilakukan dengan berkaca ke kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Singapura.
Pemerintah Singapura memiliki kebijakan baru bahwa apabila masyarakat yang menolak divaksin jatuh sakit, maka mereka harus membayar beban biaya rumah sakit dengan dana pribadi.
Oleh sebab sebelumnya, pemerintah Singapura tidak membatasi siapapun untuk menggunakan dana pemerintah untuk melakukan perawatan.
Pasalnya, di Singapura banyak kelompok yang menolak vaksinasi. Akibatnya, sebanyak 2 per 3 masyarakat lanjut usia dan mereka yang menolak divaksin meninggal lebih cepat.
Selain itu, pemerintah Singapura juga akan mengikuti arahan dari WHO selanjutnya. Arahan ini adalah mendukung agar vaksinasi untuk anak usia 12 tahun ke bawah menerima vaksin.
Lantas, apa saja yang bisa dilakukan oleh masyarakat agar tidak terjadi gelombang ke-3 ketika libur natal?
Dukungan dari media-media di Indonesia
Di Singapura, setiap hari media-medianya selalu menggaris bawahi betapa pentingnya vaksin untuk masyarakat.
Hal ini bisa mendukung terlaksananya vaksinasi untuk seluruh masyarakat di Singapura. Maka itu, Suryopratomo menghimbau kepada media-media di Indonesia agar tidak berhenti memberitakan betapa pentingnya vaksinasi COVID-19.
Ia juga mengatakan bahwa vaksinasi ini bukanlah yang menjadi keuntungan bagi para dokter ataupun pemerintah.
Mereka hanya vasilitator, apabila masyarakat terinveksi maka yang akan menderita adalah masyarakatnya sendiri.
Baca Juga: Presiden Jokowi Ajak APEC Fokus Perkuat Kerja Sama Vaksin hingga Pemulihan Ekonomi Global
Memaksimalkan aplikasi Peduli Lindungi
Sama seperti di Singapura, Indonesia sudah memiliki aplikasi untuk mengawasi gerak-gerik masyarakatnya.
Aktivitas masyarakat selama pandemi COVID-19 dengan sebelum terjadinya pandemi tentu berbeda.
Terdapat banyak aktivitas yang harus dibatasi agar virus COVID-19 tidak mudah tersebar. Maka itu, aplikasi Peduli Lindungi butuh terus dimaksimalkan agar antisipasi gelombang ke-3 pada libur natal tidak terjadi.
Demikian juga halnya yang disampaikan oleh Pengamat Kesehatan Masyarakat Tjandra Yoga. Dikala ia dan cucunya pergi ke luar kota, pihak yang diperiksa aplikasi Peduli Lindungi-nya hanyalah supir.
Padahal, di belakang supir masih ada penumpang. Maka itu, penggunakan Peduli Lindungi perlu dimaksimalkan.
Konsisten terhadap protokol kesehatan
Meskipun Indonesia sudah menerima kabar baik, karena sudah sebanyak 40 persen masyarakatnya divaksin, tapi tetap perlu konsisten untuk melaksanakan protokol kesehatan (prokes) yang sudah ada.
Pasalnya, apabila lengah maka keadaan berpotensi kembali ke semula dan bisa membahayakan orang lain.
Baca Juga: Paman Birin: Stok Vaksin di Provinsi Harus Selalu Tersedia