Pergeseran tren di masyarakat
Menurut Andreas, selama ini masyarakat bertendensi untuk mengunjungi institusi kesehatan hanya ketika sakit. Sementara, idealnya setiap pasien perlu melakukan pemeriksaan kesehatan atau konsultasi secara rutin.
Namun, Andreas menyebut, ke depannya akan ada pergeseran tren di masyarakat yang kemungkinan besar akan terlebih dahulu terjadi di wilayah kota-kota besar. Masyarakat akan mulai berfokus untuk menjaga kesehatan melalui tindakan preventif (preventive wellness).
“Nantinya atau di jangka waktu yang lebih panjang, mungkin lima sampai sepuluh tahun ke depan, mindset orang juga akan berubah. Kalau di US, mereka udah kenal istilahnya value-based care. Di Indonesia kita masih asing terhadap paradigma tersebut, ya,” ujarnya.
Dengan kondisi itu, startup healthtech pun dapat memanfaatkan peluang dengan merakit produk yang bisa menunjang preventive wellness tersebut. Sebagai contoh, yakni produk untuk mengawasi kalori, kadar gula, pengingat (reminder) untuk konsumsi suplemen kesehatan, dan sebagainya.
Selain itu, kondisi ini juga dapat digunakan untuk menciptakan skema keuntungan baru, yang sama sekali berbeda dengan apa yang ada di pasar saat ini. Tentu, dengan tetap memperhatikan pihak-pihak yang berkolaborasi dengan perusahaan healthtech seperti para dokter hingga perusahaan asuransi.
“Jadi orang-orang atau dokter itu (saat ini) masih berupaya, 'oh kalau ada orang sakit, mereka datang ke rumah sakit, dokter dapat duit' gitu kan, ya. Kita pasien, kita ngeluarin duit. Tapi justru mindset-nya ke depan adalah gimana caranya kita kerja sama sama dokter, kerja sama perusahaan asuransi untuk ngejaga kesehatan kita tanpa harus mengorbankan pendapatan dokter dan juga pendapatan perusahaan asuransi," tutur Andreas.
Baca Juga: Sosok Perempuan Pendiri Startup Ini Buktikan Tidak Adanya Batasan dalam Berkarier