Rita membuka usaha warung makan ini sejak February 2012, sekitar 9 tahun lalu. Mulanya menggunakan warung tenda dengan spanduk pecel lele, saat ini berkembang tidak menggunakan spanduk pecel lele lagi tapi sudah mengedepankan ayam bakar.
“Sekarang lebih identik dengan warung ayam bakar,” ujarnya.
Dalam satu hari, rumah makannya membutuhkan minyak goreng sebanyak 16 hingga 20 kilogram.
“Ada dua, satu untuk outlet dan satu lagi untuk online. Semua pakai minyak goreng terutama untuk masak sambal,” tukasnya.
Ia berharap agar perekonomian bisa normal lagi karena pedagang bingung menaikkan harga produk.
“Dinaikan bingung, bertahan juga bingung, kalau tidak jualan tidak ada pemasukan,” tutupnya.
Baca Juga: Jemput Bola Vaksinasi, Pemkot Palembang Hadirkan ‘Becak untuk Vaksin’