Palembang, Sonora.ID – Akhir-akhir ini, harga minyak goreng naik dipasaran. Bagaimana dampaknya terhadap pelaku UMKM rumah makan?
Rita Damayanti ownner Warung Bu Neneng kepada Sonora (16/11/2021) menceritakan dampak dari kenaikan harga minyak goreng terhadap usaha yang dijalankannya.
“Namanya minyak goreng adalah barang baku, harus ada, tidak boleh tidak ada. Walaupun harganya naik, pelaku usaha yang penting ada. Memang bermasalah kalau harganya naik, tidak hanya minyak, gas juga naik, pastinya mengurangi profit. Sangat mengeluh. Meskipun harganya mahal, tetap harus dicari, mau tak mau, gimana lagi,” ujarnya.
Baginya menaikkan harga tidaklah mudah, dirinya berharap kondisi ini hanya sementara.
“Mudah-mudahan hanya sementara, tidak tahu sampai kapan. Masih dinikmati dulu aja sekarang. Kalau tidak turun lagi, mungkin harus naik harga produk kita,” tukasnya.
Baca Juga: Kecemasan Masyarakat Terhadap Covid-19 Sudah Mulai Berkurang
Rita membuka usaha warung makan ini sejak February 2012, sekitar 9 tahun lalu. Mulanya menggunakan warung tenda dengan spanduk pecel lele, saat ini berkembang tidak menggunakan spanduk pecel lele lagi tapi sudah mengedepankan ayam bakar.
“Sekarang lebih identik dengan warung ayam bakar,” ujarnya.
Dalam satu hari, rumah makannya membutuhkan minyak goreng sebanyak 16 hingga 20 kilogram.
“Ada dua, satu untuk outlet dan satu lagi untuk online. Semua pakai minyak goreng terutama untuk masak sambal,” tukasnya.
Ia berharap agar perekonomian bisa normal lagi karena pedagang bingung menaikkan harga produk.
“Dinaikan bingung, bertahan juga bingung, kalau tidak jualan tidak ada pemasukan,” tutupnya.
Baca Juga: Jemput Bola Vaksinasi, Pemkot Palembang Hadirkan ‘Becak untuk Vaksin’