Sonora.ID - Bank Indonesia memutuskan untuk kembali mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 3,50 persen.
Hal ini diputuskan berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dilaksanakan pada 17-18 November 2021.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, tidak hanya suku bunga acuan, BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen.
“Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/11/2021).
Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan bahwa hingga saat ini, pergerakan nilai tukar rupiah terkendali, meski pada 17 November 2021, nilai tukar rupiah mencatatkan perlemahan 0,53 persen secara point to point dan 0,56 persen secara rerata dibandingkan dengan level Oktober 2021.
Bank Indonesia melihat, pelemahan nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh aliran masuk modal asing yang terbatas di tengah persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik dan terjaganya pasokan valas domestik.
Baca Juga: Presiden Jokowi Sebut Tahun Depan Akan Stop Ekspor Bauksit Mentah
Dengan, demikian, sampai 17 November 2021, rupiah mencatatkan depresiasi sebesar 1,35 persen year to date, jika dibandingkan dengan level di akhir tahun 2020.
Gubernur BI menilai depresiasi yang terjadi pada rupiah tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan penurunan nilai mata uang di sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India, Malaysia, dan Filipina.
“Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya,” lanjutnya.
Sementara dari sisi Inflasi, Bank Indonesia melihat inflasi tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2021 tercatat mengalami inflasi 0,12 persen (mtm). Sedangkan secara tahunan, inflasi IHK mencapai 1,66 persen (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 0,06 persen dari September 2021 yang mencapai 1,60 persen (yoy).
Perry memprediksi, inflasi pada tahun 2021 ini dan tahun 2022 mendatang akan berada dalam kisaran sasaran yakni 3 plus minus 1 persen.
Baca Juga: Jenderal TNI Andika Perkasa Terima Tongkat Estafet Sebagai Panglima TNI