Sonora.ID - Beberapa waktu yang lalu, publik sering kali dikejutkan oleh kabar seseorang yang meninggal setelah olahraga.
Memang banyak sekali kasus meninggal setelah olahraga dan ini dibenarkan oleh dr. Herenda Medishita, Sp.JP (K)-FIHA., saat menghadiri program Talkshow with Mayapada Hospital di Sonora FM.
Berdasarkan penjelasan dr. Herenda, tidak selamanya seseorang terlihat sehat secara fisik karena bahaya yang mengacam dari dalam tubuh sering kali tidak terdeteksi.
Ini yang menyebabkan seseorang tidak menyadari bahwa bisa saja, orang tersebut memiliki permasalahan irama jantung (aritmia) atau tensi darah yang tinggi/rendah.
Permasalahan kesehatan tersebut lah yang biasanya menjadi faktor utama seseorang meninggal setelah olahraga.
Gangguan irama jantung atau aritmia menjadi pembunuh terbesar dari kasus meninggal setelah olahraga.
Olahraga dapat membuat seseorang memiliki pembesaran otot jantung. Ketika berada di kondisi seperti ini, terdapat risiko orang tersebut mengalami gangguan listrik jantung.
Hal ini yang kemudian menyebabkan irama jantung menjadi lebih cepat dari biasanya dan apabila terlalu lelah, jumlah pasokan oksigen pun berkurang.
Padahal, oksigen menjadi sangat penting dalam pemompaan darah oleh jantung ke seluruh tubuh.
Selain itu, dr. Herenda juga menjelaskan bahwa seseorang dengan penyakit hipertensi akan mengalami kenaikan tensi darah ketika berolahraga.
Olahraga dapat menyebabkan tensi naik hingga 200 dan tidak disadari oleh siapa pun.
Baca Juga: Dokter Ulas Lengkap 2 Tujuan Olahraga, Usia dan Denyut Nadi jadi Penentu!
Ini tentu sangat berbahaya karena pecah pembuluh darah dapat terjadi ketika sedang berolahraga.
Selain itu, bisa saja orang dengan hipertensi tersebut merasa kelelahan dan kemudian terjatuh ketika berolahraga. Hal ini dapat membuat orang tersebut tidak tertolong karena sudah mengalami pecah pembuluh darah.
Oleh karena itu, seseorang harus rutin melakukan medical check-up untuk mengetahui kondisi kesehatan di dalam tubuh.
Olahraga memang dapat menjaga kesehatan, tetapi aktivitas ini juga bisa menjadi sebuah boomerang yang berbahaya apabila seseorang memiliki komorbid atau penyakit bawaan.