Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus juga mengungkapkan pendapat yang sama.
Menurutnya peristiwa cekcok itu menunjukkan arogansi antar keluarga pejabat.
Lucius mengatakan, pejabat di era modern sejatinya adalah pelayan publik sehingga semakin tinggi jabatan yang disandang maka tanggung jawab sebagai pelayan publik akan semakin besar.
"Karena itu menjadi pejabat mestinya harus menyadari tanggung jawab sebagai pelayan publik itu sehingga kerendahan hati menjadi tuntutan. Pejabat yang arogan jelas menyalahi prinsip jabatan sebagai instrumen pelayanan publik," ujar Lucius.
Baca Juga: Jenderal Andika Perkasa Resmi jadi Panglima TNI, Ini Segudang Prestasi yang Dimilikinya!
Lucius mengatakan kasus keluarga pejabat yang menggunakan jabatan untuk mengintimidasi orang ini dikarenakan pejabatnya sendiri memiliki pemahaman etika yang rendah.
Menurutnya, seorang pejabat yang beretika semestinya mendidik keluarga dan kerabatnya agar bisa memisahkan urusan terkait tugasnya sebagai pejabat dan urusan pribadi.
"Kalau memahami etika jabatan, maka mestinya tak etis membiarkan anggota keluarga menggunakan fasilitas seperti mobil dinas untuk kepentingan keluarga/pribadi. Begitu juga protokoler lainnya," kata Lucius.
Lucius dan Trubus sama-sama berpendapat bahwa perlu ada sanksi yang dijatuhkan kepada pejabat yang anggota keluarganya mempertontonkan arogansi di muka umum.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berkaca dari Cekcok Arteria Dahlan, Pejabat Publik dan Keluarganya Diminta Tak Pertontonkan Arogansi"