Kepala Dinas Komunikasi Sulbar Ungkap Tantangan Vaksinasi di Pedalaman, Butuh Kerja Sama!

25 November 2021 09:45 WIB
Ilustrasi Vaksinasi Covid-19
Ilustrasi Vaksinasi Covid-19 ( Smart FM Banjarmasin / Juma)

Sonora.ID - Ketika di kota-kota besar vaksinasi Covid-19 sudah menjadi syarat untuk melakukan banyak kegiatan, ternyata usaha pemerataan dan percepatan vaksinasi masih terus dilakukan, khususnya di wilayah pedalaman.

Hal itu juga yang disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sulawesi Barat, Mustari Mula dalam Dialog Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9), KPCPEN, bahwa salah satu tantangan adalah beberapa daerah yang cukup terisolasi dan tidak terjangkau dengan kendaraan roda dua.

Meski demikian, pihaknya bersyukur karena banyak pihak yang mau bahu-membahu untuk melakukan pemerataan vaksinasi tersebut.

Tak hanya bagi vaksinator, kondisi geografis ini juga menjadi tantangan bagi distribusi vaksin, khususnya sebagai upaya tetap menjaga kualitasnya.

Terkait ini Mustari mengatakan, untuk distribusi ke daerah terpencil telah ditentukan dan dikalkulasi waktu dan jarak tempuhnya, sehingga vaksin rata-rata tiba tetap dalam kondisi baik.

“Stok vaksin juga terpenuhi,” imbuhnya.

Ia menyebutkan, hingga dua hari lalu, capaian vaksinasi adalah sekitar 56%. Hal ini didukung antusiasme masyarakat pedalaman akan pentingnya vaksinasi. Pada awalnya mereka cenderung menghindar bahkan menolak tenaga vaksinator, karena belum mendapatkan informasi yang benar.

“Tapi setelah teredukasi dengan baik, justru partisipasi masyarakatnya lebih proaktif untuk divaksin,” jelas Mustari seraya menambahkan bahwa selain sosialisasi dari nakes, masyarakat juga sangat terbantu dengan informasi dari media utama seperti televisi.

Seperti halnya Sulawesi Barat, kondisi geografis juga menjadi tantangan tersendiri bagi Pacitan dalam melakukan vaksinasi.

Baca Juga: Razia saat PPKM Level 3 di Makassar, Pengendara Terjaring Disuntik Vaksin

“Pacitan 85% terdiri dari pegunungan dan perbukitan,” jelas Wakapolres Pacitan, Kompol Sunardi.

Dengan pertimbangan tersebut, serta kendala mobilitas masyarakat khususnya lansia dan kaum difabel, maka untuk mempermudah akses vaksinasi, pihaknya menggencarkan vaksinasi door to door atau mengumpulkan masyarakat di suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka.

Sunardi memaparkan, cuaca ekstrim juga cukup menjadi kendala. Dalam hal ini, Puskesmas di tingkat kecamatan masih terjangkau, namun untuk vaksinasi ke desa-desa, peran Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan bidan desa juga dimaksimalkan untuk mendatangi dan melayani penduduk.

Penguatan jalur komunikasi dan edukasi juga dilakukan dengan pembentukan grup Whatsapp hingga ke tingkat RT dan RW.

Didukung respon baik masyarakat, upaya tersebut menghasilkan cakupan vaksinasi cukup tinggi.

“Capaian vaksinasi 72,61% dan kami mengejar vaksinasi lansia yang baru 52%,” beber Sunardi.

Menambahkan hal tersebut, Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka, Devi Rahmawati juga menegaskan bahwa sebenarnya alasan masyarakat tidak mau menerima vaksin hanyalah karena kendara teknis.

Persoalan teknis dimaksud adalah kendala akses, transportasi, waktu, juga biaya menuju sentra vaksinasi. Untuk menjawab permasalahan tersebut, ujar Devi, pihaknya bekerja sama dengan banyak unsur, melakukan vaksinasi kolosal di 900 titik di DKI Jakarta dan wilayah-wilayah peyangganya, sehingga diharapkan dapat mengakses semua warga.

Devi memaparkan, vaksinasi juga mengambil tempat yang dekat dengan masyarakat untuk mempermudah pendekatan sosial dan mengetahui kendala yang dihadapi warga setempat. Tak hanya itu, waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah tersebut.

“Membujuk masyarakat menjadi lebih mudah karena tahu persis kendala yang dihadapi,” kata Devi.

Baca Juga: Anak Usia 6 - 11 Tahun di Palembang Belum Bisa Divaksin, Kenapa?

Selain kondisi geografis dan transportasi, Ketua Persatuan Perawat Nasional, Harif Fadhillah mengutarakan adanya tantangan lain yang sering dihadapi kegiatan vaksinasi di daerah terpencil.

Kendala tersebut adalah kurangnya pemahaman masyarakat. Karena itu, perawat yang memberikan pelayanan kesehatan ke daerah harus memiliki kreativitas dan kemampuan untuk memberikan pendekatan dan pengertian lebih spesifik, dengan bahasa yang dapat diterima warga setempat.

“Kita harus punya kreativitas untuk membuat media-media sederhana (misalnya gambar) yang dapat dipahami mereka,” tutur Harif.

Ia menyatakan, pembekalan informasi dan pengetahuan bagi perawat yang bertugas selalu dilakukan melalui berbagai cara. Seperti pembekalan virtual yang diberikan bagi perawat seluruh Indonesia juga pelatihan dan orientasi di masing-masing daerah.

Sedangkan tentang vaksinasi COVID-19, menurut Harif, sejatinya pemberian vaksinasi adalah pekerjaan yang sudah sering dilakukan tenaga kesehatan.

Harif menandaskan, tantangan utama vaksinasi adalah bagaimana masyarakat dapat memahami dengan baik.

Edukasi, dikatakannya, bukan sekadar memberi informasi, namun bagaimana informasi tersebut juga harus dapat dipahami dan diikuti oleh masyarakat. (*Adv)

Baca Juga: BIN Gandeng Pemda Bolaang Mgondow Timur Gelar Vaksinasi Door To Door

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm