Lebih lanjut, Arto mengatakan bahwa adanya kemajuan teknologi yang mengharuskan masyarakat serba digital turut membangun ekosistem dari brand lokal.
Menurutnya era digital benar-benar membangkitkan dan menjadi jalan keluar bagi brand lokal untuk bisa keberlanjutan.
Digitalisasi bisa menjadi ruang untuk sejumlah brand lokal dari desa agar bisa tumbuh dari modernisasi tanpa menghilangkan culture yang ada.
"Digital bukan hanya terpaku dari sisi sales-nya saja tapi juga soal pembayaran, komunikasi atau juga sisi pengontrolan. Ini tentunya lebih efektif dan efisien daripada konvensional yang dulu pernah dilakukan," ucap Arto.
Baca Juga: Demi Cuan di Tahun 2022, Tung Desem Waringin: Bukan Hanya Adaptasi!
Meski begitu, menurutnya digitalisasi tidak sepenuhnya benar. Sebab manusia masih tetap membutuhkan interaksi.
Masih ada banyak sekali proses-proses yang harus diselesaikan secara konvensional.
"Maka digital dan non digital harus hidup bergandengan tangan, jika tidak kita bisa menjadi negara yang sangat robotik dan ini tentunya tidak baik," papar dia.
Brand adalah sebuah medium yang digunakan untuk memberi suatu pesan, sedangkan digital merupakan alat yang dipakai untuk menyampaikan pesan tersebut.
"Jadi jika kita tidak tahu apa yang ingin kita sampaikan digital itu hanyalah sebuah gerbong kosong yang tak ada isinya," tutup dia.
Seluruh informasi dan ilmu terkait dengan peluang dan ekonomi tahun 2022 dijabarkan dalam Smart Business Outlook 2022, yang diisi oleh narasumber kompeten seperti Ekonom Senior Indonesia Aviliani, CEO Markplus Inc Hermawan Kertajaya, Indonesia’s Favorite Trainer James Gwee, Managing Partner & Inventure Yuswohadi, Founder Asia PR Silih A. Wasesa, dan Motivator Tung Desem Waringin.
Baca Juga: Branding di Era Digital: Tunjukan Ketulusan dan Bangun Kolaborasi