Sonora.ID – Para ilmuwan baru-baru ini mengingatkan kembali akan adanya varian baru Covid-19 yang bernama Botswana atau B.1.1.529 yang bisa menyebabkan gelombang baru.
Melansir dari Kompas.com yang mengutip dari The Independent, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan varian B.1.1.529 ini sebagai varian Nu.
Varian ini diturunkan dari garis keturunan B.1.1, dan memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi. Sehingga dikhawatirkan sangat menular, dan juga menghindari respons imun tubuh.
Baca Juga: Virus Corona Meradang di Korea, Kini Kino PENTAGON Terpapar Covid-19
Sejauh ini, ada 10 kasus di tiga negara yang sudah dikonfirmasi, namun tentunya varian ini memicu kekhawatiran kembali karena beberapa mutasi membuat virus itu menghindari kekebalan tubuh kita.
Terdeteksi pertama di Botswana
Menurut laporan The Guardian, kasus pertama dari varian Nu ini terdeteksi di Botswana pada 11 November, dengan tiga kasus yang tercatat dan telah dilakukan pengurutan genom.
Setelah itu varian yang sama ditemukan di Afrika Selatan pada 14 November 2021, dan berkembang menjadi sebanyak 22 kasus.
Adapun satu kasus di Hong Kong, merupakan seorang pelancong yang kembali dari Afrika Selatan.
Seorang ahli virologi di Imperial College Londong Dr Tom Peacock menemukan, jumlah mutasi lonjakan yang sangat tinggi menunjukkan ini bisa menjadi perhatian nyata.
Kasus yang ditemukan di Hong Kong terjadi pada seorang pria berusia 36 tahun yang memiliki tes PCR negatif sebelum terbang dari Hong Kong ke Afrika Selatan.
Laki-laki tersebut tinggal dari 22 Oktober hingga 11 November. Saat kembali ke Hong Kong, tesnya negatif. Tapi, tes menunjukkan hasil positif pada 13 November saat dikarantina.
Beberapa ahli virologi di Afrika Selatan khawatir terjadi peningkatan kasus di Gauteng, daerah perkotaan mencakup Pretoria dan Johannesburg, di mana kasus B.1.1.529 telah terdeteksi.
Baca Juga: Kemenparekraf Kembali Hadirkan Sentra Vaksinasi COVID-19 Bagi Pelaku Parekraf Wakatobi
Berbahayakah Covid-19 varian Nu?
Protein lonjakan yang melapisi bagian luar virus ini memungkinkan virus menempel dan masuk ke dalam sel manusia.
Vaksin melatih tubuh kita untuk mengenali lonjakan protein tersebut dan menetralkannya sehingga bisa mencegah infeksi sel.
Jenis virus ini memiliki 32 mutasi pada protein lonjakan, bagian dari virus yang digunakan sebagian besar vaksin untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh melawan Covid-19.
Mutasi pada protein lonjakan dapat mempengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi sel dan menyebar, tapi juga mempersulit sel kekebalan untuk menyerang patogen.
Mutasi yang terdeteksi dalam protein lonjakan akan mengubah bentuk struktur ini, sehingga menimbulkan masalah bagi respons imun yang diinduksi oleh vaksin.
Mutasi dapat membuat protein lonjakan kurang dikenali oleh antibodi tubuh, sehingga tidak akan selektif menetralkan virus, yang kemudian dapat melewati pertahanan kekebalan dan menyebabkan infeksi.
Mengurangi efektivitas antibodi tubuh
Menurut penelitian di Universitas Cambridge, dua mutasi pada B.1.1.529 meningkatkan infektivitas dan mengurangi pengenalan antibodi.
“Itu memang terlihat menjadi perhatian yang signifikan berdasarkan mutasi yang ada,” ujar profesor mikrobiologi klinis Universitas Cambridge Ravi Gupta.
Namun yang belum diketahui dari varian ini adalah daya menularnya. Sebab inilah yang nampak mendorong varian Delta.
Baca Juga: Yuri Girls Generation Negatif COVID-19, Setelah Hadiri 'My Teens Girl'
“Pelarian kekebalan hanyalah bagian dari gambaran tentang apa yang mungkin terjadi,” tutur dia.
Disebutkan, sejumlah besar mutasi pada varian sepertinya terakumulasi dalam ledakan tunggal, yang menunjukkan ini mungkin telah berkembang selama infeksi kronis pada seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah, mungkin pasien HIV/Aids yang tak diobati.
“Sulit untuk memprediksi seberapa menularnya pada tahap ini. Untuk saat ini harus dipantau dan dianalisis dengan cermat, tetapi tidak ada alasan untuk terlalu khawatir kecuali jika frekuensinya mulai meningkat dalam waktu dekat,” tutur Direktur Institut Genetika UCL Prof Francois Balloux.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Mutasi B.1.1.529 yang Disebut WHO Varian Nu, Seberapa Bahaya?"