Peringati 125 Tahun Jumenengan KGPAA Mangkunegoro VI, Cagar Budaya Astana Oetara Ajak Generasi Muda jadi Pembaharu

29 November 2021 09:20 WIB
Rombongan Trah KGPAA MNVI bersama anak-anak warga sekitar (Pawai Grebeg Astana Oetara 2019)
Rombongan Trah KGPAA MNVI bersama anak-anak warga sekitar (Pawai Grebeg Astana Oetara 2019) ( Istimewa)

Didiet mengatakan, “Mangkunegoro VI adalah bukti nyata bahwa kita seharusnya bisa hidup dengan mengombinasikan gaya modern dengan tetap mempertahankan nilai adat dan tradisi. Tidak hanya mengganti aturan, dia juga terjun untuk memberi contoh langsung kepada Praja Mangkunegaran misalnya memangkas rambutnya menjadi pendek dan membuat tutup kepala yang praktis (Mits). Mangkunegoro VI menjadi inspirasi untuk selalu memberi contoh pada generasi penerus agar bisa tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional yang kita miliki dalam pengembangan sesuatu yang berbau modernisasi”.

Aspek revolusioner dalam diri Mangkunegoro VI semakin terlihat ketika ia memilih untuk mengundurkan diri dan banting setir menjadi pedagang.

Pilihan mengundurkan diri pada masa itu masih merupakan konsep yang tidak umum, nyaris unthinkable, bagi seseorang yang dianggap pemegang kekuasaan yang diamanatkan oleh Tuhan.

Ia paham harga dirinya, memegang teguh kedisiplinan dan konsekuen serta persisten untuk mencapai segala yang telah direncanakan.

Baca Juga: Dana Kemanusiaan Kompas & FKD Semarang Salurkan Bantuan untuk Warga Terdampak Covid-19 dan Rob

Kemandirian dan jiwa merdeka Mangkunegoro VI membuatnya tidak merasa berat turun takhta atas kemauannya sendiri.

Pengunduran diri tersebut tidak hanya menunjukkan bagaimana hubungan pemerintah kolonial dan penguasa lokal yang subordinatif di akhir masa abad ke-19 dan awal abad ke-20, tetapi juga bentuk political awareness Mangkunegoro VI sebagai sosok yang modern dalam membaca konteks perubahan awal abad ke-20, di mana pemerintah kolonial Belanda benar-benar menguasai hampir seluruh aspek perikehidupan di tanah jajahan. 

Berbekal pengalamannya yang kaya selama mengurus pabrik gula paling modern di Jawa masa itu, ia dengan begitu percaya diri beralih profesi menjadi pedagang.

Dalam konteks era tersebut, Mangkunegoro VI menolak segala bentuk sistem kolonial dengan cara walk out, keluar total dari keadaan macam demikian, dan bergabung dengan komunitas baru di Kota Surabaya yang lebih progresif, di mana selanjutnya putra dan menantunya melanjutkan konsep tata negara yang tidak dapat dilaksanakan melalui sebuah Kadipaten

“Mangkunegoro VI adalah paket komplet seorang pemimpin baru: sederhana, piawai, dan berani. Dengan mempertimbangkan segala aspek kelebihan dan kelemahannya selama memerintah Praja Mangkunegaran, kami kira ia cocok disebut sebagai personifikasi raja baru di awal abad ke-20: the king in the turning of a century,” tutur Bondan Kanumoyoso.

Sikap dan pemikiran Mangkunegoro VI yang berani dan progresif dalam memimpin serta melakukan perubahan mendasar dalam urusan keuangan, fashion, aturan tata krama, gaya hidup di keraton, hingga multikulturalisme dan kebebasan beragama diharapkan mampu menginspirasi anak muda masa kini untuk jadi pembaru di kehidupannya.

Baca Juga: KPID Bali Kunjungi Radio Sonora Dan Kompas TV, Tekankan Media Harus Beri Informasi Yang Benar Dan Menginspirasi

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm