Tanpa harus membangun kapal perang dari awal, setelah proses modernisasi tersebut kecanggihan KRI Usman Harun akan selevel dengan kapal Frigat kelas Martadinata yang baru. Sehingga dapat memperpanjang usia beroperasinya kapal perang serta meningkatkan kemampuan TNI AL dengan biaya lebih efektif.
“Dalam pekerjaan ini Len sebagai main contractor-nya. Karena pengalaman Len sebagai mission system integration lebih cocok ketimbang Thales atau principal lain yang fokus hanya sebagai sub-system integrator (combat system, navigation system, communication system),” ucap Wahyu.
Len sebagai industri dalam negeri akan menjadi owner atas semua detail teknis KRI Usman Harun setelah modernisasi.
Hal ini akan memudahkan jika kedepannya, dilakukan pembaruan teknologi, dalam arti Len bisa melakukan integrasi teknologi baru tanpa harus melakukan kontrak dengan principal lain. Hal ini akan memberikan efisiensi waktu dan biaya untuk TNI AL.
“Len juga akan memasang produknya sendiri, yaitu Tactical Data Link, dan Integrated Communicatin System serta melibatkan perusahaan lokal galangan kapal dan perbaikan meriam,” papar Wahyu.
Hingga akhir tahun 2021 ini, kata Wahyu, diharapkan dapat menyelesaikan semua pekerjaan engineeringnya yang meliputi desain moderenisasi combat system, sistem navigasi, sistem komunikasi dan desain moderenisasi platform kapal.
“Kegiatan di kapalnya sendiri KRI Usman Harus baru akan dimulai di tahun depan," pungkas Wahyu