Sonora.ID - Social Loafing yang artinya kemalasan sosial adalah penurunan kinerja seseorang yang disebabkan oleh kehadiran orang lain atau saat berada di dalam suatu kelompok, dibanding ketika bekerja secara individu atau seorang diri.
Pada tahun 1913, istilah ini pertama kali diteliti oleh Max Ringelmann dan diperkenalkan oleh Latane, Williams & Harkins dalam jurnal psikologi mereka yang berjudul, Many Hands Make Light the Work: The Causes and Consequences of Social Loafing.
Sangat manusiawi ketika seseorang merasa tidak menjadi sorotan saat berada dalam suatu organisasi ataupun kelompok.
Terlebih lagi apabila orang orang yang berada didalam kelompok tersebut dikenal memiliki segala aspek yang lebih unggul.
Akibatnya, orang tersebut tidak ingin mengerahkan semua bakat dan kemampuannya di dalam kelompok tersebut.
Hal ini menyebabkan, munculnya asumsi bahwa pekerjaan atau tugas akan lebih baik jika dikelola sepenuhnya oleh rekan-rekan lain dalam kelompok. Itulah salah satu alasan terjadinya Social Loafing.
Di samping itu, adanya reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) yang bersifat kelompok juga mendorong seseorang untuk mengurangi kinerjanya.
Ketika pekerjaan sukses dan mendapatkan penghargaan, maka hadiah tersebut ditujukan untuk satu kelompok dan dibagi secara merata kepada seluruh anggota. Kondisinya akan berbeda jika hal hal tersebut bersifat individual.
Terdapat beberapa faktor penyebab Social Loafing, diantaranya:
1. Ekspektasi
Lingkungan tempat kita berada dalam sebuah kelompok akan membentuk bagaimana ekspektasi hasil akhirnya kelak.
Contohnya ketika mengerjakan project bersama orang-orang yang dikenal berprestasi, tentu keinginan untuk berkontribusi turut menggebu-gebu. Namun ada pula kondisi sebaliknya.
Merasa orang-orang dalam kelompok sudah cukup rajin, social loafing adalah tendensi yang mungkin muncul. Ada perasaan bahwa pekerjaan pada akhirnya akan rampung di tangan mereka-mereka yang rajin, tanpa campur tangan dari kita.
Baca Juga: Sering Disamakan, Ternyata Ini Perbedaan Seorang Leader dan Bos
2. Jumlah Anggota Kelompok
Ukuran dalam suatu kelompok juga menjadi penyebab Social Loafing. Semakin besar jumlah anggota kelompok tersebut, akan memperbesar potensi timbulnya kemalasan sosial.
Mereka berpikiran bahwa upaya dirinya tidak akan berdampak besar pada hasil akhirnya kelak. Namun, ketika lebih kecil, seseorang akan merasa perannya begitu penting dan berkontribusi lebih untuk kepentingan kelompoknya.
3. Motivasi
Hal ini menjadi salah satu alasan utama terjadinya Loafing. Seseorang yang tidak memiliki motivasi terlalu tinggi rentan melakukan kondisi ini saat berada dalam sebuah kelompok.
Ditambah apabila orang tersebut merupakan sosok yang pemalu dan insecure, akan merasa bahwa orang lain lebih memiliki kemampuan daripada dirinya untuk melakukan tugas dalam kelompok tersebut.
Sehingga membuatnya melakukan tugas tugas yang ringan dan kurang maksimal.
4. Individualis
Sederhananya, individualis merupakan sikap seseorang yang memikirkan kepentingan diri sendiri tanpa mempertimbangkan orang lain. Jika dalam kelompok kita terdapat anggota yang memiliki sifat tersebut, bisa jadi dia akan menunjukan Social Loafing.
dHal ini disebabkan, mayoritas mereka jarang berorientasi pada kelompok dan beranggapan bahwa tujuan kelompok sebagai hal yang tidak begitu penting.
5. Pembagian Tugas
Timbulnya social loafing juga bisa diakibatkan oleh pembagian tugas yang kurang jelas. Jika kita seorang ketua kelompok kurang detail dalam hal menjelaskan tugas dan tujuan yang akan diraih, hal tersebut akan memberikan peluang kepada anggota untuk bermalas malasan dan mengurangi tingkat kinerjanya.
Namun jika pekerjaan dan kewajiban tiap-tiap individu dalam kelompok bisa diidentifikasi dan dituangkan dalam bentuk yang lebih jelas, maka perilaku social loafing dalam kelompok bisa berkurang.
Ini terjadi karena masing masing anggota akan memberikan kontribusinya sesuai dengan uraian pekerjaan yang ada padanya.
Kita sebagai individu yang baik haruslah menghindari Social Loafing. Jika kita melakukan hal tersebut akan memberikan efek yang buruk dalam kehidupan kita.
Siapa tahu, setelah kita memberikan yang terbaik bagi kelompok dan sekitar kita akan menimbulkan keuntungan suatu hari nanti.
Baca Juga: Penyakit Pengguna Medsos, Master Trainer: Stop Buka Akun yang…