Sama halnya dengan orang yang pura-pura bahagia dalam jangka waktu panjang, ia akan hidup dalam kepura-puraan, menutupi dendam dalam hatinya, dan membuat luka di dalam hatinya tak kunjung mendapatkan pengobatan.
“Kalau strategi jangka pendek itu, misalnya saya sedang sakit perut, tapikan saya harus talkshow, maka saya berpura-pura semangat supaya menular energinya. Tapi setelah selesai talkshow saya harus ke dokter, saya harus berobat,” jelas Arvan memberikan perumpamaan.
Tetapi pada dasarnya pura-pura bahagia ini tetap adalah hal yang salah, karena ‘bahagia’ adalah hal yang harus dicapai saat ini, bukan besok atau lusa.
“Karena bahagia itu sekarang. Ketika kita tidak bahagia, kita punya masalah. Kalau kita tidak sukses, kita tidak punya masalah, karena sukses itu nanti, jadi pura-pura sukses itu tidak masalah,” sambungnya.
Jadi, ketika seseorang tidak bahagia, artinya ia punya masalah. Ketika ia tidak bahagia tetapi berpura-pura bahagia, ia menambahkan masalahnya sendiri.
Dapat disimpulkan, pura-pura bahagia, bagus, selagi hanya dilakukan untuk jangka pendek.
Baca Juga: Pura-pura Bahagia? Hati-hati, Justru Hidup Lebih Menderita