Berpura-pura sukses menurutnya adalah hal yang baik karena dengan 'berlaga' menjadi sosok yang sukses lama kelamaan kamu termotivasi untuk mencapai hal tersebut.

Arvan menegaskan kalau berpura-pura sukses merupakan salah satu kreasi mental yang membuatmu bisa terus termotivasi. 

Berpura-pura sukses yang cenderung positif ini berbeda dengan 'berpura-pura bahagia'.

Umumnya, berpura-pura bahagia cenderung bersifat negatif.

"Berpura-pura bahagia itu bagus asalkan dilakukan dalam jangka waktu pendek atau hanya sebagai strategi jangka pendek, bukan jangka panjang," jelas Arvan.

Baca Juga: Merasa Tidak Bahagia? Ikuti 10 Teknik Beres-Beres Fengshui ini untuk Ubah Energi Anda secara Instan!

Sebagai contoh adalah ketika kamu sedang dalam menjalankan pekerjaan yang sangat membutuhkan aspek profesionalitas.

Dalam durasi tertentu, menutupi kesedihanmu bisa dikatakan sebagai hal yang tepat.

Namun setelah pekerjaan tersebut telah selesai, kamu harus kembali ke posisi perasaanmu yang sesungguhnya; bahwa kamu sedang bersedih.

Arvan kembali menegaskan kalau merasa sedih atau sedang dalam emosi yang negatif bisa diatasi dengan tindakan pertama, yakni 'mengakui'.

Banyak dari kita yang berpura-pura bahwa kita sedang tidak diselimuti kesedihan dan akhirnya emosi tersebut terpendam.

Mengakui emosi negatif merupakan langkah positif yang justru akan mendekatkanmu pada berakhirnya rasa sedih. 

Bahkan Arvan menjelaskan kalau seseorang yang over-sharing kesedihan di media sosial lebih baik dibandingkan orang yang menutup-nutupi.

Akan tetapi, cara tersebut bisa dibilang tidak tepat sasaran dan terlalu banyak 'mengumbar'.

Oleh karenanya, jika kamu ingin membagikan cerita tidak bahagiamu, kamu harus mencari orang yang tepat.