Sonora.ID - Beberapa hari terakhir secara berturut-turut terjadi kecelakaan yang melibatkan TransJakarta, dan hal ini pun bukan pertama kalinya kecelakaan terjadi yang berkaitan dengan salah satu moda transportasi di Jakarta tersebut.
Hal ini mendapatkan perhatian dari banyak pihak, pasalnya semakin banyak ditemukan kecelakaan TransJakarta tersebut, termasuk mendapatkan sorotan juga dari pihak Serikat Pekerja Transportasi Jakarta (SPTJ).
Dikutip dari Kompas.TV, Ketua SPTJ, Jan Oratmangun menyatakan bahwa pihaknya meminta adanya evaluasi dari pihak terkait akan sistem yang mereka berlakukan, karena berkaca dari kecelakaan berturut yang melibatkan TransJakarta.
Pihaknya menegaskan bahwa kualitas layanan di transportasi tersebut menurun dan lebih mementingkan profit daripada pemberdayaan sumber daya manusia yang bertugas.
“Ini adalah dampak dari diberlakukannya berbagai kebijakan yang lebih mengutamakan profit oriented dibandingkan pemberdayaan sumber daya manusianya,” tegasnya dalam keterangan tertulis.
Dengan adanya kebijakan yang menomor satukan pemasukan, maka ada hal yang terpaksa secara tidak langsung dikorbankan.
Hal ini menimbulkan turunan kebijakan efisiensi anggaran di lapangan yang dinilai salah.
Baca Juga: PT Transjakarta Hentikan Sementara Operasi Bus Sejenis milik Operator yang Alami Kecelakaan
Misalnya, tidak ada lagi petugas di dalam bus yang bisa menemani dan mengingatkan pramudi untuk memastikan keamanan dan kenyamanan penumpang di dalamnya.
Dengan demikian, Jan menilai bahwa fungsi kontrol operasional dari pihak Transjakarta sebagai regulator tidak berjalan dengan baik.
“Fungsi kontrol operasional yang tadinya dilakukan oleh petugas pengendalian di setiap koridor/rute dengan skema 3 orang petugas pengendali saat ini dikerucutkan hingga hanya satu orang di setiap koridor,” papar Jan menegaskan.
Hal ini berbuntut panjang pada pengawasan perilaku pramudi di koridor menjadi lebih lemah dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Di sisi lain, pihaknya juga menyoroti pilihan transportasi lain yang ditawarkan oleh pihak lainnya, sehingga masyarakat bisa memilih moda transportasi yang dianggap paling murah, aman, dan nyaman.
Berkaca dari beberapa kecelakaan yang berkaitan dengan TransJakarta, sebenarnya masyarakat juga bisa ‘kabur’ ke jasa transportasi lainnya demi kenyamanan dan keamanan diri mereka.
“Bagaimana masyaraka mau naik TransJakarta kalau kualitas layanan buruk, tidak aman, dan tidak nyaman. Boleh lakukan efisiensi dan menggunakan sistem, tapi jangan salah kaprah dan mengabaikan keselamatan,” tegasnya.