Sonora.ID – Di Indonesia sendiri banyak pengusaha atau CEO yang memiliki garis keturunan seorang Tionghoa.
Dan itu tidak terjadi dalam kurun waktu 10 tahun kebelakang, namun pada tahun 1900-an kemakmuran dan kekayaan warga Tionghoa sudah dikenal.
Contohnya saja Yap Tjwan Bing, seorang ahli farmasi keturunan Tionghoa yang kembali ke Indonesia untuk mendirikan apotek di Bandung.
Meski jarang yang mengetahui, selain ia sukses dalam bisnis farmasinya, Yap Tjwan Bing salah satu orang yang hadir dalam pengesahan UUD 1944. Selain itu ia juga dikenal dekat dengan Bung Karno.
Selain itu, ada pula William Soeryadjaya yang saat lahir memiliki nama Tjia Kian Liong. Seorang keturunan Tionghoa yang lahir di Majalengka tahun 1922.
Ia menjadi pebisnis sukses setelah menjadi salah satu pendiri bisnis otomotif di Indonesia setelah menyelesaikan studi di luar negeri.
Kedua contoh tersebut mungkin cukup untuk memberikan gambaran kesuksesan dan kekayaan keturunan Tionghoa di Indonesia.
Lantas, apa rahasi yang bisa dijadikan pedoman bagi kita semua? Berikut ulasannya:
Berpikir untuk 3 Keturunan
Hal yang jarang kita lakukan adalah berpikir untuk keturunan kita kelak. Kebanyakan dari kita pasti masih memikirkan keuangan untuk kita sendiri.
Namun, dalam budaya Cina, ada pola pikir untuk mencari rezeki, yaitu mencari uang untuk 3 keturunan.
Hal tersebut bisa dilihat dari orang-orang pebisnis yang memiliki kekayaan hingga bisa dinikmati cucu-cucu mereka.
Baca Juga: Fakta Dibalik Makam Tionghoa yang Berukuran Besar dan Dikenal Mewah
Bekerja Lebih Rajin
Seorang pepatah Cina pernah memberikan nasihat melalui kata-kataya dan bisa jadi itu menjadikan sebuah motivasi untuk semangat dan lebih rajin bekerja setiap harinya.
Kalimat tersebut berbunyi, jika ingin lebih berhasil dari orang lain, kita tidak punya pilihan, kecuali bekerja dengan lebih keras dan rajin.
Ya, itu salah satu kalimat serta dapat diwujudkan melalui sikap yang bisa dijadikan pedoman untuk menjadi orang kaya dan sukses.
Hemat bukan Pelit
Salah satu rahasia yang mungkin sering terdengar yaitu, hemat bukan pelit. Ada sebuah stigma yang mengatakan bahwa beberapa orang yang keturunan Tionghoa cukup pelit.
Tapi, itu ternyata sebuah kehematan yang sedang dijalankannya. Berhemat untuk hal yang berguna memang membutuhkan komitmen.
Dari hal itu, bisa jadi mereka menggunakan prinsip tersebut untuk lebih bijak menggunakan uang.
Negosiasi
Orang dengan keturunan Tionghoa dikenal sebagai orang yang pandai dalam tawar menawar dan negosiasi.
Dalam dunia bisnis hal tersebut sangat perlu dilakukan agar mendapat keuntungan yang lebih banyak.
Salah satu pepatah bernama Ann Wan Seng juga pernah memberikan kalimat yang bisa jadi itu menjadi salah satu pegangan pebisnis Tionghoa, berikut kalimatnya: Pedagang tidak boleh terlalu kaku. Namun sebaliknya, perlu memperbolehkan proses tawa menawar.
Baca Juga: Kebenaran Dibalik Rumor Masyarakat Tionghoa yang Mencari Pesugihan di Gunung Kawi