Ia juga membeberkan, bahwa Sungai Guring yang ada di kawasan tempat tinggalnya memang sudah lama tidak pernah dikeruk.
Alhasil wajar, jika sedimentasi di sungai menjadi tinggi, hingga membuat daya tampung air juga berkurang.
Terpisah. Kepala Bidang Sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin, Hizbul Wathony menyebut, program normalisasi sungai di kawasan itu masih terkendala metode pengerukan.
Baca Juga: Berhari-hari terendam, Warga Jalan Prona Mulai Rasakan Sakit ini
Itu lantaran Sungai Guring sealur dengan Sungai Pekapuran dan Sungai Kelayan.
"Dari awal mestinya normalisasi sungai diprioritaskan di Sungai Pekapuran dan Kelayan dahulu untuk dikeruk. Namun, kondisinya tidak memungkinkan lantaran banyaknya permukiman," jelasnya.
"Akhirnya, secara teknis kami masih memikirkan bagaimana cara mengeruknya. Enaknya, kalau bisa ada pembebasan lahan. Jadi, kami bisa menurunkan alat berat untuk mengeruk sungai yang ada di situ. Kemudian nyaman membuang hasil kerukan di kiri kanan," ungkapnya.
Thony menambahkan, sebenarnya bisa saja dengan metode alat keruk berada di atas kapal tongkang. Tapi, biaya yang dibutuhkan sangat besar. Lantaran perlu setidaknya dua unit kapal tongkang.