Sonora.ID - Pernahkah kamu merasa cemas berlebihan karena hal-hal yang bersifat profesional?
Misalkan di bidang akademik atau pekerjaan.
Perasaan cemas ketika sedang berperforma dalam belajar atau pekerjaan sebetulnya adalah hal yang wajar.
Ini menandakan kamu memiliki kepedulian dan ingin menunjukkan usahamu.
Tapi belakangan ini kecemasan terhadap belajar dan pekerjaan mulai merasuki seseorang secara berlebihan dan berakibat pada penurunan kesehatan mental.
Di satu sisi, guna menopang performamu, kamu harus tampil baik setiap saat agar tidak memunculkan asumsi atau desas-desus.
Baca Juga: Derita Anak Tengah, Ini Fakta Middle Child Syndrom yang Harus Dipahami Oleh Orang Tua
Fenomena seperti ini biasa dikenal sebagai 'duck syndrome' atau sindrom bebek.
Istilah ini memang baru populer sehingga tidak heran banyak yang masih belum familiar.
Duck syndrome ini kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Antoni Diomartin dari HR Excellency dalam Program Smart Emotion bertajuk 'Duck Syndrome: Sindroma Kecemasan Di Usia Muda' yang mengudara di Radio Smart FM (9/12/21).
Awal kemunculan Duck Syndrome
"Duck Syndrome pertamakali dikenalkan di Stanford University," ujar Antoni.
Konteks yang melatarbelakangi adalah pendidikan atau pelajaran di California sebagai negara bagian Amerika Serikat yang menjadi kediamaan universitas kelas dunia tersebut.
Seperti yang kita ketahui, California dikenal sebagai kawasan yang memiliki citra 'santai', belum lagi dengan kawasannya yang dikelilingi oleh hamparan laut.
Kesan seperti ini tidak secara langsung menuntut orang-orang yang tinggal di California, terutamanya pelajar Stanford untuk mengikuti gaya yang sama.
Padahal di balik itu semua, Stanford dikenal sebagai universitas kelas dunia yang tentunya, pendidikannya juga sangat berkelas dan memiliki beban akademik yang tinggi.
Akhirnya banyak dari pelajar Stanford yang selalu bekerja dan belajar keras namun tetap bahkan hanya menampilkan sisi 'California'-nya.