Sonora.ID - Selaput dara sebagian besar disalahpahami - tidak hanya oleh pria tetapi juga wanita di seluruh dunia.
Bahkan, selaput dara dibuat menjadi simbol keperawanan dan kemurnian. Melansir dari laman First Post, secara medis, memiliki selaput dara (atau kehilangannya) tidak ada bedanya dengan kesehatan seseorang.
Namun tekanan sosial (dalam beberapa budaya) untuk memiliki selaput dara yang utuh pada saat pernikahan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental wanita.
Lantas apa saja mitos selaput dara yang sudah disalah pahami?
Baca Juga: TBC Penyakit Turunan, Mitos atau Fakta? Simak Penjelasan Dokter Ini!
Mitos 1: Selaput dara adalah penghalang dan bisa "pecah"
Faktanya, selaput dara adalah jaringan membran yang tidak menutupi tetapi mengelilingi lubang vagina.
Anggap saja sebagai tirai lebih dari dinding. Sudah ada lubang kecil di dalamnya - begitulah darah menstruasi dan keputihan keluar.
Jadi selaput dara Anda secara teknis tidak "pecah" tetapi bisa meregang.
Mitos 2: Selaput dara pecah saat pertama kali berhubungan seks atau menjadi simbol keperawanan
Faktanya, selaput dara dapat meregang atau bahkan robek selama banyak aktivitas fisik yang intens seperti bersepeda, berenang, menunggang kuda, dll.
Baca Juga: 3 Mitos Berkaitan dengan Waktu Magrib dan Dipercaya hingga Sekarang